Hari Terkelam Lebanon sejak 2006: Hampir 500 Warganya Tewas Dibunuh Israel, 35 di Antaranya Bocah
Israel menyerang Lebanon dengan jet tempur yang menewaskan setidaknya 492 orang. Sebanyak 35 di antaranya adalah anak-anak.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM – Senin, (23/9/2024), menjadi hari terkelam bagi Lebanon sejak perang Israel-Lebanon tahun 2006.
Pada hari itu Israel menyerang Lebanon dengan jet tempur yang menewaskan setidaknya 492 orang. Sebanyak 35 di antaranya adalah anak-anak.
Serangan itu juga menjadi serangan paling mematikan yang dilancarkan Israel ke Lebanon sejak perang di Jalur Gaza meletus pada bulan Oktober 2023. Negara-negara Arab mengecam keras serangan Israel.
Di sisi lain, Israel mengklaim telah membunuh “banyak” militan Hizbullah di Lebanon.
Israel juga menyebut telah menyerang sekitar 1.300 target di Lebanon selatan dan timur, termasuk upaya pembunuhan di pinggiran selatan Kota Beirut.
Panglima Hizbullah bernama Ali Karaki diklaim masih hidup setelah Israel berupaya membunuhnya. Hizbullah mengatakan Karaki telah dievakuasi ke tempat aman setelah ada informasi Israel memburunya.
Media pemerintah melaporkan adanya serangan baru Israel di Lebanon timur, sementara Hizbullah mengaku menargetkan lima tempat di Israel.
Di Haifa, kota Israel yang berada di pantai, orang-orang tampak berlarian mencari perlindungan setelah sirene peringatan serangan meraung-raung.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan serangan Israel tidak hanya menewaskan 492 orang, tetapi juga melukai 1.645 lainnya.
Menteri Kesehatan Firass Abida berujar ada “ribuan keluarga” yang harus mengungsi.
Kota Baalbek di Lebanon selatan turut diguncang ledakan. Asap tampak membubung tinggi.
Baca juga: Kemacetan Panjang di Lebanon, Warga Panik Tinggalkan Perbatasan Israel di Selatan Menuju Beirut
Salah seorang warga Baalbek, Wafaa Ismail (60), mengatakan dia dan keluarganya terbangun akibat pengeboman Israel.
“Kami tidur dan bangun karena pengeboman. Seperti itulah perubahan hidup kami,” ujar Ismail dikutip dari Naharnet.
Hizbullah hadapi masa sulit
Negara-negara besar mendesak Israel dan Hizbullah untuk menahan diri agar perang besar tidak meletus di antara keduanya.
Mesir meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk campur tangan. Adapun Irak meminta negara-negara Arab menggelar rapat darurat di sela-sela rapat Majelis Umum PBB.
Menurut Kepala Staf Umum Israel Herzi Halevi, serangan pihaknya menghantam infrastruktur yang telah dibangun Hizbullah selama dua dasawarsa.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyebut serangan itu sebagai “puncak” operasi militer Israel.
“Ini minggu tersulit bagi Hizbullah sejak pendiriannya,” ujar Gallant.
Adapun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel melakukan tindakan militer demi mengubah “perimbangan keamanan” di wilayah utara.
Konflik memasuki fase baru
Hizbullah dan Israel mulai saling menyerang di perbatasan setelah perang Gaza meletus. Menurut Hizbullah, serangannya adalah bentuk dukungan kepada Gaza yang diserbu Israel.
Baca juga: Netanyahu: Warga Lebanon Harus Pergi dari Rumah Berisi Senjata Hizbullah sebelum Dibom Israel
Kelompok itu mengatakan saat ini konflik dengan Israel telah memasuki “fase baru”.
Hizbullah meluncurkan roket ke fasilitas militer Israel di dekat Haifa dan dua pangkalan militer sebagai balasan atas serangan Israel di Lebanon selatan dan Bekaa.
Adapun pada hari Jumat lalu Israel berhasil membunuh panglima Pasukan Radwan bernama Ibrahim Akil.
Pada pekan yang sama muncul teror ledakan alat komunikasi pager di Lebanon. Puluhan orang tewas dan hampir 3.000 lainnya terluka.
Lebanon menuding Israel adalah dalang di balik peledakan. Namun, Presiden Israel Isaac Herzog membantahnya.
Sejak konflik Hizbullah-Israel kembali muncul, sudah ada puluhan ribu orang dari kedua belah pihak di perbatasan Israel-Lebanon yang mengungsi.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengklaim negaranya tengah berupaya untuk meredakan ketegangan antara Hizbullah dan Israel.
AS yang menjadi sekutu utama Israel mengaku mengirim sejumlah tambahan pasukan ke Timur Tengah.
Sekjen PBB Antonio Guterres mengaku sangat cemas karena ada banyak korban sipil di Lebanon.
Adapun Turki menyebut serangan Israel ke Lebanon terancam membuat Timur Tengah terbenam dalam kekacauan.
(Tribunnews/Febri)