Zelensky Sebut Serangan Ukraina terhadap Kursk Mengekspos Kelemahan Rusia: Putin Sangat Takut
'Putin sangat takut', ujar Zelensky, karena serangan Kursk mengungkap kelemahan Kremlin kepada publik Rusia.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin sangat takut terhadap serangan Ukraina yang sedang berlangsung di Kursk Oblast, menurut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam sebuah wawancara yang ditayangkan pada 24 September 2024.
Berbicara kepada ABC News, Zelensky mengatakan, operasi di Kursk mengekspos kelemahan serius dalam kepemimpinan Kremlin dan kemampuannya untuk melindungi rakyatnya.
"Itu benar. Dia (Putin) sangat takut," kata Zelensky.
"Mengapa? Karena rakyatnya melihat bahwa dia tidak dapat mempertahankan seluruh wilayahnya."
Ukraina meluncurkan serangan lintas batas ke wilayah Kursk, Rusia, pada awal Agustus 2024.
Ukraina mengeklaim, telah merebut sekitar 100 permukiman dan lebih dari 1.300 kilometer persegi.
Rusia tampaknya terkejut dengan serangan Ukraina yang tiba-tiba itu.
Ketidaksiapan pasukan Rusia memungkinkan pasukan Ukraina dengan cepat masuk, melintasi perbatasan, dan bergerak jauh ke dalam wilayah Rusia.
Berdasarkan dokumen yang disita, komandan Rusia sudah memperingatkan bahwa potensi terobosan lintas perbatasan dapat terjadi sejak Januari 2024, tetapi tidak banyak tindakan yang diambil.
Cerita Tentara Ukraina saat Pertama Kali Bertemu Tentara Rusia di Kursk: Mereka Santai Minum Kopi
Pada 6 Agustus 2024, tank-tank dan infanteri Ukraina memasuki wilayah Kursk Rusia di dekat perbatasan.
Tentara Ukraina dari Brigade Serangan Udara ke-82 rupanya tidak menemui perlawanan berarti dari Rusia, ungkap seorang prajurit dari brigade tersebut kepada Financial Times.
Baca juga: Putin Sangat Takut, Kata Zelensky Yakini Perang Rusia vs Ukraina Sebentar Lagi Berakhir
Seorang prajurit yang dikenal dengan nama Volodymyr menceritakan bagaimana brigadenya menjadi salah satu kelompok yang pertama memasuki wilayah Kursk.
Mereka dipindahkan dari Kharkiv, tempat mereka menahan serangan pasukan Rusia yang besar.
“Kami memasuki wilayah Rusia untuk pertama kalinya pada pukul 1 siang pada hari Selasa [6 Agustus],” kata Volodymyr.
“Kami termasuk yang pertama memasuki wilayah itu.”
Saat melintasi perbatasan, mereka menemukan kompleks militer Rusia di mana para prajurit hanya duduk santai di bawah pepohonan dan minum kopi.
"Lalu Stryker (kendaraan lapis baja) kami melaju tepat ke meja mereka. Kami membunuh banyak dari mereka pada hari pertama," katanya.
"Karena mereka tidak bersenjata dan tidak menduga kami akan datang," tambahnya.
Ia menambahkan bahwa puluhan tentara Rusia telah menyerah.
Berbeda dengan tahun lalu, pasukan Ukraina kini berhasil menyeberang wilayah perbatasan Kursk dengan cepat dan tanpa kesulitan.
Pada tanggal 9 Agustus, unit Stryker milik Volodymyr terkena peluncur granat antitank genggam.
Meskipun pengemudinya mengalami gegar otak, tidak ada tentara Ukraina yang tewas, dan kendaraan yang rusak itu ditarik kembali ke wilayah Ukraina.
Setelah memasuki wilayah Kursk, menurut Volodymyr, pasukan Ukraina mulai menggali parit, mengantisipasi serangan balik Rusia.
Namun, alih-alih melakukan serangan darat, militer Rusia merespons dengan serangan udara dan pesawat tanpa awak.
Meskipun demikian, pasukan Ukraina menegaskan bahwa pasukan Rusia gagal menghentikan pergerakan mereka.
Baca juga: Zelensky Berkunjung ke AS, Akan Bagikan Proposal Kemenangan
Rencana Kemenangan
Dilansir Kyiv Independent, Zelensky saat ini sedang berada di Amerika Serikat, dengan agenda utamanya adalah menghadiri sidang Majelis Umum PBB ke-79.
Ia sudah tiba di AS pada 22 September.
Sang presiden akan memanfaatkan kunjungannya itu untuk mempromosikan "rencana kemenangannya" kepada para pemimpin dunia.
Sebagai bagian dari "rencana kemenangan" Zelensky, Ukraina akan meminta menjadi anggota NATO dalam beberapa bulan (bukan tahun), menurut informasi yang diperoleh oleh Kyiv Independent.
Zelensky diperkirakan, akan menyampaikan rencana kemenangan itu kepada Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih pada 26 September.
Ia juga berencana untuk membahasnya dengan kandidat presiden Donald Trump dan Kamala Harris.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)