Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Trump Siap Jalin Hubungan Kembali dengan Iran jika Menang Pilpres AS 2024

Dalam pernyataannya di New York, Trump mengatakan bahwa dia terbuka untuk berbicara kembali dengan Iran terkait kesepakatan nuklir

Penulis: Bobby W
Editor: Endra Kurniawan
zoom-in Trump Siap Jalin Hubungan Kembali dengan Iran jika Menang Pilpres AS 2024
SAUL LOEB / AFP
Mantan Presiden AS Donald Trump menandatangani dokumen yang memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran setelah mengumumkan penarikan AS dari perjanjian Nuklir Iran, di Ruang Resepsi Diplomatik Gedung Putih di Washington, DC, pada 8 Mei 2018. Trump mengatakan bahwa dia terbuka untuk berbicara kembali dengan Iran terkait kesepakatan nuklir yang sebelumnya dibatalkan saat ia menjabat sebagai presiden.  

TRIBUNNEWS.COM - Pernyataan mengejutkan dikemukakan oleh Donald Trump saat ia menggelar kampanye di New York pada Kamis (26/9/2024) waktu setempat.

Trump mengatakan bahwa dia terbuka untuk berbicara kembali dengan Iran terkait kesepakatan nuklir yang sebelumnya dibatalkan saat ia menjabat sebagai presiden. 

Dalam pernyataannya di New York, Trump tidak menjelaskan detail tentang apa yang ingin dia capai dalam kesepakatan jika terpilih kembali di Pilpres AS 2024.

Kandidat presiden dari Partai Republik ini hanya ingin menekankan bahwa pembicaraan itu penting karena ancaman yang dapat ditimbulkan oleh Iran bila mereka memiliki senjata nuklir. 

“Ya, saya akan melakukannya,” kata mantan presiden saat ditanya apakah dia akan membuat kesepakatan dengan Iran.

“Kita harus membuat kesepakatan, karena konsekuensinya tidak bisa diterima.” lanjut Trump.

Pernyataannya ini menarik perhatian banyak pihak karena Trump dikenal sangat menentang Iran baik selama menjabat sebagai Presiden AS maupun dalam kampanye politiknya selama ini. 

Berita Rekomendasi

Pada tahun 2018 lalu, Trump menarik diri dari kesepakatan dengan Iran yang mengharuskan negara itu membongkar program senjata nuklirnya dengan pengurangan sanksi internasional sebagai imbalannya. 

Sejak Trump menarik AS dari perjanjian tersebut, Iran pun melanjutkan pengayaan uranium yang dibutuhkan untuk mengembangkan senjata nuklir.

Langkah Iran ini pun meningkatkan ketegangan di Timur Tengah terlebih lagi dengan agresi Israel di wilayah Palestina dan Lebanon. 

Terkait kapan rencana tersebut akan dilakukan, Trump mengaku siap membuat kesepakatan dengan Iran dalam kurun satu minggu setelah Pilpres jika dia menang pada pemilu tahun 2024 ini. 

Baca juga: Menlu Abbas Araghchi: Iran Tidak Akan Acuh Tak Acuh Melihat Perang Skala Penuh di Lebanon

Iran Masih Tak Percayai AS soal Nuklir

Iran sendiri telah menyatakan kesiapannya untuk memulai pembicaraan terkait negosiasi nuklir dengan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Hal ini diutarakan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi di sela-sela Sidang Umum PBB yang berlangsung di New York pada Senin (23/9/2024).

"Saya akan tinggal di New York beberapa hari lebih lama daripada presiden (Masoud Pezeshkian) untuk mengadakan lebih banyak pertemuan dengan berbagai menteri luar negeri." ungkap Abbas.

"Melalui pertemuan tersebut, kami akan fokus pada upaya memulai putaran baru pembicaraan mengenai pakta nuklir," sambungnya dalam pesan video yang dipublikasikan melalui saluran Telegram-nya tersebut.

Ia menambahkan bahwa keinginan Iran untuk membahas negosiasi nuklir tersebut telah disampaikan langsung kepada perwakilan dari Swiss melalui sebuah "deklarasi umum kesiapan".

Meski demikian, Abbas meyakini kesepakatan nuklir dalam pembicaraan ini nantinya bakal sulit untuk diraih dengan tempo singkat.

Hal ini terjadi mengingat tensi hubungan internasional yang terjadi di regional timur tengah saat ini begitu panas

"Pengembalian atau pembicaraan terkait kesepakatan nuklir kali ini lebih rumit dan sulit dibandingkan sebelumnya." terang Abbas.

Sebelumnya di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, Iran sempat menyepakati pakta nuklir dengan enam negara besar dunia yakni Tiongkok, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat.

Di dalam kesepakatan yang ditandatangani pada tahun 2015 tersebut, Iran menyepakati pengurangan program nuklirnya yang dipermasalahkan oleh AS dan sekutunya.

Sebagai imbalan atas kesepakatan tersebut, sanksi internasional yang diberikan pada Iran kala itu dihilangkan.

Baca juga: Iran Diklaim Terlibat dalam Pembelian Ribuan Pager Hizbullah yang Meledak, Muncul Pertanyaan Besar

Namun sayang, pakta tersebut menemui jalan buntu setelah Trump memutuskan agar AS menarik diri pada tahun 2018.

Belajar dari pengalaman tersebut, Iran kini menegaskan bahwa pihaknya enggan untuk membuat kembali kesepakatan nuklir bila AS terlibat langsung.

Hal ini disampaikan oleh Abbas Araqchi yang mengatakan dirinya tidak akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken untuk membahas kesepakatan nuklir jilid baru ini.

"Saya tidak percaya akan ada manfaat bila kita mengadakan dialog itu (dengan AS)." ungkap Abbas.

Abbas juga menilai saat ini Iran dan AS tak memiliki satupun kesamaan visi ataupun misi yang dapat digunakan sebagai fondasi untuk digelarnya pertemuan langsung antar kedua negara.

"Sebelumnya memang ada pertemuan seperti itu dengan AS, tetapi untuk saat ini tidak ada asas yang sesuai untuk mendasari pertemuan."

"Yang jelas Kami masih jauh dari upaya pembicaraan langsung dengan AS," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Bobby)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas