Prihatin pada Warga Palestina, Menlu Tunisia: Masyarakat Internasional Tetap Bungkam Tanpa Alasan
Menlu Tunisia mengecam masyarakat internasional atas kegagalannya memastikan hukum humaniter internasional dihormati.
Penulis: Nuryanti
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri (Menlu) Tunisia, Mohamed Ali Nafti, menyatakan "keprihatinan dan kekecewaan" terkait warga Palestina.
Sebab, mereka telah menjadi sasaran "kejahatan perang paling keji" dan "segala bentuk pelanggaran hak asasi manusia" oleh Israel.
Berbicara di Majelis Umum PBB, Mohamed Ali Nafti mengecam masyarakat internasional atas kegagalannya memastikan hukum humaniter internasional dihormati.
"Masyarakat internasional tetap bungkam tanpa alasan dan tidak bermoral," katanya, Jumat (27/9/2024), dilansir Arab News.
"Menuntut agar hak asasi manusia dan masalah kemanusiaan didahulukan tidak berlaku lagi jika menyangkut rakyat Palestina," jelasnya.
"Masyarakat internasional harus memperlakukan semua manusia secara setara, tanpa diskriminasi atau standar ganda," tambah Nafti.
Ia menambahkan, perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza telah membahayakan kepercayaan rakyat terhadap PBB dan kemampuannya untuk melaksanakan resolusinya sendiri.
Menurutnya, Tunisia dengan tegas dan tanpa syarat mendukung hak-hak rakyat Palestina, khususnya hak mereka untuk menentukan nasib sendiri.
Tunisia mendukung Palestina mendirikan negara yang merdeka dan berdaulat dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Tunisia juga mendukung upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB.
Warga Gaza Khawatir
Ketika konflik yang meningkat antara Israel dan Hizbullah menyita perhatian global, warga Palestina di Gaza dikabarkan khawatir.
Baca juga: Operasi Serangan Israel yang Diklaim Tewaskan Hassan Nasrallah Diberi Nama Orde Baru
Mereka ketakutan karena perhatian internasional telah dialihkan, dan kemungkinan buruk muncul yakni pengabaian.
Dikutip dari AP News, keluarga sandera Israel yang ditawan di Gaza memiliki kekhawatiran yang sama.
Nezar Zaqout, satu dari sekitar 1,9 juta warga Palestina yang terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak perang Israel-Hamas meletus, mengungkapkan kekhawatirannya.