Sepak Terjang Hassan Nasrallah Memimpin Hizbullah Lebih dari 32 Tahun, Perjalanannya Kini Terhenti
Berikut sepak terjang Hassan Nasrallah yang telah memimpin kelompok Hizbullah selama lebih dari 32 tahun.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menewaskan Hassan Nasrallah, pemimpin lama Hizbullah, kelompok bersenjata dan partai politik yang didukung Iran yang menguasai sebagian besar Lebanon selatan, dalam sebuah serangan pada hari Jumat (27/9/2024) di Beirut.
Nasrallah telah memimpin Hizbullah selama lebih dari 32 tahun, menurut Indianexpress.com.
Ia memainkan peran kunci dalam membangun kelompok tersebut menjadi kekuatan yang kuat seperti sekarang ini dan menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh serta terkenal di Timur Tengah.
Nasrallah, anak tertua dari sembilan bersaudara, lahir pada tahun 1960 dan tumbuh di daerah Bourj Hammoud di timur Beirut, tempat tinggal orang-orang Kristen Armenia, Druze, Palestina, dan Syiah yang miskin.
Ayahnya, Abdul Karim, memiliki kios sayur kecil.
Setelah Lebanon dilanda perang saudara pada tahun 1975, Nasrallah bergabung dengan gerakan Amal, yang saat itu merupakan milisi Syiah.
Namun, pada tahun 1982, ia dan yang lainnya memisahkan diri dari kelompok tersebut dan membentuk kelompok baru yang disebut Islamic Amal, menurut laporan BBC.
Islamic Amal menerima dukungan militer dan organisasi yang cukup besar dari Garda Revolusi Iran yang bermarkas di Lembah Bekaa.
Islamic Amal muncul sebagai milisi Syiah yang paling menonjol dan efektif yang kemudian membentuk Hizbullah.
Pada tahun-tahun berikutnya, Nasrallah dengan cepat naik pangkat di jajaran Hizbullah.
Ia pertama kali bertugas sebagai pejuang, kemudian menjadi direktur kelompok di Baalbek (sebuah kota di Lebanon), dan kemudian seluruh wilayah Bekaa, diikuti oleh Beirut.
Baca juga: Hassan Nasrallah Tewas, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei Berjanji Akan Membalas
Pada tahun 1992, saat ia berusia 32 tahun, Nasrallah diangkat sebagai pemimpin Hizbullah setelah pendahulunya, Abbas al-Musawi, tewas dalam serangan helikopter Israel.
Nasrallah menyerukan pembebasan Yerusalem dan menyebut Israel sebagai 'entitas Zionis'.
Ia menegaskan bahwa semua imigran Yahudi harus kembali ke negara asal mereka dan bahwa harus ada satu Palestina dengan kesetaraan bagi Muslim, Yahudi, dan Kristen, menurut laporan The New York Times.