Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
Deutsche Welle

Di Turki, Kasus Kekerasan Anak Terabaikan

Masyarakat Turki dikejutkan dengan kejadian pembunuhan anak berusia delapan tahun. Ahli menyebut pemerintah harus bertindak lebih…

zoom-in Di Turki, Kasus Kekerasan Anak Terabaikan
Deutsche Welle
Di Turki, Kasus Kekerasan Anak Terabaikan 

"Cantik,” "sensitif,” "rapuh,” setidaknya begitulah arti kata nama Narin ketika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Kasusnya menjadi berita utama di media Turki selama berminggu-minggu. Anak berusia delapan tahun dari desa Tavsantepe, dekat Diyarbakir di bagian tenggara Turki itu, dilaporkan hilang beberapa minggu lalu. Kemudian, mayatnya ditemukan dalam sebuah karung pada tanggal 8 September di bantaran sungai.

Kasus ini mengguncang Turki. Ada banyak laporan dan komentar yang mencuat di sosial media. Menteri Kehakiman Yilmaz Tunc telah mendatangi desa Kurdi tersebut, dan Presiden Recep Tayyip Erdogan di platform X telah berjanji pihak yang bersalah akan diadili.

Keduanya mengatakan kalau pelaku akan mendapat "hukuman yang terberat.”

Salah satu hal yang memicu kemarahan publik adalah bahwa seluruh penduduk desa yang berjumlah sekitar 550 orang itu menolak untuk mengatakan sesuatu. Beberapa anggota keluarga Narin, termasuk orang tuanya, dicurigai dan ditahan. Sejauh ini sudah ada 12 orang yang ditangkap, di antaranya paman Narin, kepala desa Tavsantepe.

Dokter forensik mengatakan bahwa gadis itu mati dicekik. Publik berpendapat bahwa seseorang dari desa tersebut pasti mengetahui siapa pembunuh Narin. Hanya saja tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun.

"Turki menghadapi kasus yang rumit. Pembunuhnya dilindungi oleh keluarga korban dan orang-orang yang dekat dengannya,” kata Dokter Forensik dan Direktur Pusat Perlindungan Anak di Universitas Mersin, Halis Dokgoz.

Wilayah tempat Narin tinggal cukup tradisional dan konservatif, dan masyarakatnya didasarkan pada struktur kesukuan. Dalam komunitas seperti itu, anak-anak sering "diobjektifikasi,” artinya kematian mereka diremehkan, kata Dokgoz. Kebanyakan, pelaku dalam kasus-kasus seperti itu adalah orang yang sudah dikenal oleh anak tersebut,” tambahnya.

Kurangnya pencegahan

BERITA REKOMENDASI

Kasus Narin bukanlah kasus langka. Menurut Pusat Hak Anak Turki (Turkish Child Rights Center/FISA), setidaknya 64 anak dibunuh dalam 2,5 tahun terakhir. Sering kali akibat kekerasan dalam rumah tangga. FISA mengumpulkan datanya dari sumber-sumber yang dapat diakses publik.

Pihak berwenang Turki belum mempublikasikan data resmi mengenai anak-anak yang terbunuh atau hilang sejak tahun 2016. Statistik terakhir yang dipublikasikan menunjukkan bahwa 104.531 anak dilaporkan hilang di seluruh Turki dalam periode 2008 hingga 2016.

Sekarang, hal tersebut membuat tidak jelas berapa banyak kasus yang terjadi sejak saat itu, tetapi juga berapa banyak dari anak-anak tersebut yang telah ditemukan sejauh ini, apakah hidup atau mati.

Para ahli mengkritik kurangnya transparansi dan kebijakan pencegahan di bidang ini dan menyerukan pengumpulan dan publikasi informasi yang sistematis mengenai anak-anak yang hilang. "Untuk menghasilkan solusi politik bagi masalah ini, kita perlu data,” kata Ezgi Koman dari FISA.

Dia mengatakan kalau Komite Hak Anak PBB (Committee on the Rights of the Child/CRC) telah mengimbau pihak berwenang Turki selama bertahun-tahun untuk memberikan informasi yang relevan. "Jika mereka memiliki data tapi merahasiakannya, itu berarti mereka tidak ingin bertanggung jawab. Atau, mereka ingin mencegah orang-orang mengetahui betapa seriusnya situasi ini. Atau, anak-anak itu tidak penting bagi mereka,” tegas Koman.

DW telah menyampaikan pernyataan-pernyataan tersebut kepada Kementerian Keluarga Turki dan Institut Statistik Turki (Turkish Stastical Institute/(TUIK), tapi sejauh ini belum mendapat tanggapan yang relevan.

Pihak oposisi juga telah mengajukan pertanyaan parlemen kepada pemerintah, hanya saja tidak mendapat jawaban. Tenggat waktu 15 hari untuk mendapatkan jawaban telah berakhir pada hari Kamis, 19 September.

Halaman
12
Sumber: Deutsche Welle
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas