Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pasukan IDF Menyerang Masuk Lewat Invasi Darat, Tentara Lebanon Dukung Hizbullah atau Israel?

Di mana posisi Tentara Lebanon dalam perang yang kembali pecah? Apakah membantu Hizbullah atau justru berada di pihak Tentara Israel selaku agresor?

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Pasukan IDF Menyerang Masuk Lewat Invasi Darat, Tentara Lebanon Dukung Hizbullah atau Israel?
almaresearch/tangkap layar
Anggota pasukan Tentara Lebanon mengibarkan bendera Lebanon di samping bendera Hizbullah. Hubungan antara Tentara Lebanon dan pasukan HIzbullah di Lebanon dinilai memiliki konstalasi menarik dan rapuh. 

Pasukan IDF Menyerang Masuk Lewat Invasi Darat, Tentara Lebanon Dukung Hizbullah atau Israel?

TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Israel (IDF) mengumumkan mereka telah memulai operasi militer darat ke wilayah Lebanon guna memukul mundur para petempur Hizbullah.

Tujuan mereka, seperti yang dinyatakan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengembalikan para pemukim Yahudi di Utara yang mengungsi karena serangan harian Hizbullah ke pemukiman mereka sejak pecahnya perang Gaza per 7 Oktober 2023.

Baca juga: Sekjen Hizbullah ke Pasukan Israel: Selamat Datang, Kami Menanti! Berapa Kekuatan IDF Masuk Lebanon?

Saat pasukan IDF bersiap masuk ke Lebanon, Tentara Lebanon menyatakan menarik mundur pasukannya sekitar lima kilometer (3 mil) dari posisi di sepanjang perbatasan selatan Lebanon dengan Israel.

Seorang sumber keamanan Lebanon kepada Reuters. Seorang juru bicara militer Lebanon tidak mengonfirmasi atau membantah pergerakan tersebut.  

Pemerintah Lebanon menyatakan, siap mengerahkan pasukan mereka kembali ke perbatasan jika gencatan senjata telah tercapai antara Israel dan Hizbullah.

Baca juga: Israel Mau Masuk Menyerbu, PM Lebanon Umumkan Soal Pengerahan Pasukan ke Perbatasan

Pengumuman Militer Israel soal invasi darat ke Lebanon tersebut diumumkan Selasa (1/10/2024) pagi yang menjelaskan kalau mereka meluncurkan operasi darat di Lebanon selatan.

BERITA REKOMENDASI

Sebuah pernyataan militer mengatakan bahwa "sesuai dengan keputusan eselon politik, beberapa jam yang lalu, IDF (militer) memulai serangan darat terbatas, terlokalisasi, dan terarah berdasarkan intelijen akurat terhadap target dan infrastruktur Hizbullah di Lebanon selatan."

"Target-target ini terletak di desa-desa yang dekat dengan perbatasan dan menimbulkan ancaman langsung bagi masyarakat Israel di Israel utara," pernyataan itu menambahkan.

Militer Israel menyatakan "mereka beroperasi sesuai dengan rencana metodis yang ditetapkan oleh Staf Umum dan Komando Utara yang telah dilatih dan dipersiapkan oleh tentara IDF dalam beberapa bulan terakhir."

Pernyataan itu mengatakan "Angkatan Udara Israel dan artileri IDF mendukung pasukan darat dengan serangan akurat terhadap target militer di daerah tersebut."

Merujuk pada operasi tersebut, pernyataan itu menambahkan bahwa "operasi bertajuk 'Northern Arrows' akan berlanjut sesuai dengan penilaian situasional dan secara paralel dengan pertempuran di Gaza dan di arena lain."

Sebelumnya, Militer Israel mengumumkan pada Senin malam bahwa mereka akan membangun zona militer tertutup di dekat perbatasan negara itu dengan Lebanon di tengah laporan tentang serangan darat Israel yang akan segera terjadi ke Lebanon selatan. 

Menurut pernyataan militer Israel, pengumuman itu muncul setelah penilaian situasi di sepanjang wilayah perbatasan Israel-Lebanon.

Pernyataan itu menambahkan bahwa zona militer tertutup itu meliputi permukiman Metula, Misgav Am, dan Kfar Giladi di Israel utara, dengan larangan keras untuk masuk.

Dalam perkembangan terkait, militer Israel melancarkan serangan udara di tiga wilayah di pinggiran selatan Beirut pada Senin malam, hanya beberapa menit setelah mengeluarkan perintah evakuasi mendesak untuk wilayah-wilayah di ibu kota Lebanon itu.

Sebelumnya, juru bicara militer Israel Avichay Adraee mengunggah "peringatan mendesak kepada penduduk pinggiran selatan Beirut" di akunnya di platform X, membagikan peta bangunan tempat ia mendesak penduduk dan mereka yang berada di bangunan terdekat untuk mengungsi.

Perintah evakuasi itu menargetkan lingkungan Laylaki, Haret Hreik, dan Burj al-Barajneh.

Adraee mengklaim gedung-gedung itu "dekat dengan fasilitas dan lokasi yang berafiliasi dengan Hizbullah," dan menambahkan "tentara Israel akan menindak mereka dengan kekerasan."

Sejak 23 September, Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap apa yang disebutnya sebagai target Hizbullah di seluruh Lebanon, menewaskan lebih dari 960 orang dan melukai lebih dari 2.770 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.

Beberapa pemimpin Hizbullah telah tewas dalam serangan itu, termasuk Sekretaris Jenderal kelompok itu, Hassan Nasrallah.

Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas perbatasan sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan hampir 41.600 orang, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, menyusul serangan lintas perbatasan oleh kelompok Palestina Hamas Oktober lalu.

Masyarakat internasional telah memperingatkan bahwa serangan Israel di Lebanon dapat meningkatkan konflik Gaza menjadi perang regional yang lebih luas. 

Baca juga: Kematian Nasrallah, Habisnya Era Komandan Iran oleh Israel, Perang Habis-habisan di Timur Tengah?

Tentara Lebanon mengibarkan bendera Lebanon di samping bendera Hizbullah
Anggota pasukan Tentara Lebanon mengibarkan bendera Lebanon di samping bendera Hizbullah. Hubungan antara Tentara Lebanon dan pasukan HIzbullah di Lebanon dinilai memiliki konstalasi menarik dan rapuh.

Tentara Lebanon Dukung Hizbullah atau Israel?

Invasi darat IDF ke Lebanon ini berarti menandai perang terbuka antara  Israel dan kelompok Hizbullah di Lebanon seperti 2006 silam.

Lalu di mana posisi Tentara Lebanon dalam perang yang kembali pecah ini? Apakah membantu Hizbullah atau justru berada di pihak Tentara Israel selaku agresor?

Lebanon sebagai sebuah negara tentu saja punya tentara. Namun peran dan posisi mereka rumit dan dilematis ketika berhadapan dengan kelompok-kelompok bersenjata seperti Hizbullah.

Selain sebagai kelompok bersenjata dengan kekuatan militer yang besar, Hizbulah juga merupakan kelompok politik (partai politik) dengan pengaruh yang signifikan tak hanya di Lebanon tetapi juga di kawasan Timur Tengah.

Hubungan yang Rumit Saat konflik Hizbullah dengan Israel meletus, misalnya pada Perang Lebanon tahun 2006, tentara Lebanon bersikap pasif. Mereka tak terlibat atau melibatkan diri dalam konflik itu.

Satu di antara alasannya adalah kompleksitas hubungan antara militer Lebanon dan kelompok-kelompok bersenjata di negara itu.

Lebanon dikenal sebagai negara dengan keragaman agama dan politik yang sangat kompleks.

Sistem politiknya, yang didasarkan pada pembagian kekuasaan berbasis kelompok-kelompok agama, menciptakan keseimbangan yang rapuh.

Dalam konteks ini, tentara Lebanon sering kali mengambil posisi netral dalam banyak konflik besar demi menghindari risiko perpecahan seperti perang saudara.

Khalil Helou, jenderal Lebanon yang sedang cuti dan menjadi profesor geopolitik di Universitas St Joseph Beirut, mengatakan kepada Euronews bahwa peran tentara di Lebanon bukan hanya untuk mempertahankan perbatasan negara.

Baca juga: Hamas Sampaikan Belasungkawa atas Tewasnya Hassan Nasrallah, Tentara Israel: Hari-hari akan Sulit

“Mereka bukan tentara klasik seperti tentara di negara-negara Barat. tentara Lebanon tunduk pada instruksi pemerintah Lebanon,” katanya.

“Saat ini, dan untuk jangka waktu yang lama, telah terjadi perpecahan yang esktrem. Tentara dibiarkan sendiri. Sekarang siapa pun yang memimpin tentara, siapa pun panglima tentara, mereka harus mengambil keputusan yang menurut mereka paling sesuai," tambah Helou.

Lebanon dan militer regulernya mempunyai beberapa masalah penting yang harus dipertimbangkan, yang semuanya mempunyai konsekuensi serius.

Jika tentara Israel mengubah serangan udaranya seperti saat ini terhadap Hizbullah menjadi perang darat seperti tahun 2006, kekerasan akan meluas dari Lebanon selatan dan Lembah Bekka ke seluruh negeri itu, dan seluruh Timur Tengah berada dalam ancaman.

Selama invasi Israel tahun 2006, tentara reguler Lebanon menghindari konfrontasi dengan Israel, meskipun beberapa pangkalan militernya dibom.

Tentara Lebanon tidak menggunakan kekuatannya untuk melucuti senjata Hizbullah meskipun ada ketentuan menyatakan hal itu dalam Resolusi PBB Nomor 1701.

Lebanon Selatan dan Lembah Bekka seharusnya berada di bawah perlindungan hukum Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701.

Resolusi itu menetapkan pembentukan pasukan penjaga perdamaian PBB, UNIFIL, di wilayah Selatan.

Resolusi itu juga memberikan peran kepada tentara reguler Lebanon, dan menyerukan kepada Pemerintah Lebanon dan UNIFIL "untuk mengerahkan pasukan mereka secara bersama-sama" sehingga "tidak akan ada senjata (yang digunakan) tanpa persetujuan dari Pemerintah Lebanon dan tidak ada otoritas selain Pemerintah Lebanon" setelah penarikan tentara Israel dari wilayah itu.

Pasukan pejuang Hizbullah berparade di Beirut, ibukota Lebanon pada 12 Juni 2024.
Pasukan pejuang Hizbullah berparade di Beirut, ibukota Lebanon pada 12 Juni 2024. (Houssam Shbaro/Anadolu/Getty Images)

Keseimbangan yang Rapuh

Pada tahun 1975 hingga 1990, Lebanon dilanda perang saudara, dan menjadi arena militer bagi aktor-aktor regional dan negara-negara besar. 

Rezim politik Lebanon saat ini merupakan sebuah keseimbangan yang rumit antara perwakilan komunitas agama yang berbeda, dan tentara secara konstitusional berada di bawah lembaga-lembaga politik yang anggotanya memiliki pandangan yang saling bertentangan mengenai krisis yang sedang berlangsung.

“Jika terjadi serangan darat, unit-unit militer yang dikerahkan di selatan harus mempertahankan diri dan mempertahankan wilayah Lebanon dengan segala sarana yang mereka miliki,” kata Helou. 

“Tetapi pada dasarnya, misi dari brigade-brigade yang dikerahkan di wilayah Selatan adalah untuk bekerja sama dengan UNIFIL dan bukan untuk menggunakan kekuatan. Jadi ini bukan pasukan tempur, ini bukan pasukan yang akan melawan Israel. Keseimbangan kekuatan sama sekali tidak menguntungkan kami dalam situasi ini."

Menurut Resolusi 1701, Hizbullah seharusnya menarik kelompok bersenjatanya keluar dari Lebanon Selatan, dan khususnya sistem misilnya yang mampu menyasar Israel, tetapi kelompok itu tidak mematuhi hal tersebut.

Hizbullah secara formal merupakan kekuatan politik Lebanon yang sah dan konstitusional, yang sebagian besar terdiri dari kaum Muslim Syiah Lebanon.

Kekuatan bersenjatanya beroperasi sebagai kontingen yang sangat efektif, terpisah dari struktur komando tentara Lebanon, dan bertindak sebagai perpanjangan tangan Iran.

Ketika Hizbullah mengambil inisiatif sepihak untuk menyerang Israel, kekuatan politik Lebanon lainnya dan tentara Lebanon tidak berdaya.

Banyak orang Lebanon dari berbagai kelompok agama tidak akan menganggap kekalahan Hizbullah sebagai masalah besar; mereka bisa dengan mudah menerimanya. 

Namun, di Lebanon, semua orang tahu bahwa ada batas-batas antar-komunitas yang tidak bisa dilanggar. 

“Berkonfrontasi dengan Hizbullah adalah jalan yang pasti dan otomatis menuju perang saudara. Dan para komandaan militer menyadari bahwa prioritas utama adalah stabilitas internal, bukan perang yang dapat berlarut-larut antara tentara (Lebanon) dengan Hizbullah,” kata Helou.

Hubungan antara Hizbullah dan struktur keamanan Lebanon juga ditandai dengan beberapa momen kerja sama penting yang konstruktif: “Kita hanya perlu memikirkan kolaborasi antara Hizbullah dan tentara Lebanon selama periode ekspansi ISIS di Suriah dan Irak, ketika unsur-unsur yang terkait dengan kelompok ISIS dan Al-Nusra hadir dan beroperasi di Lebanon terkait dengan persiapan, pelatihan, dan perekrutan,” kata Claudio Bortolotti, peneliti di International Politics Research Institute yang berbasis di Milan, kepada Euronews.

Sayap bersenjata Hizbullah memiliki struktur paramiliter yang khas.

Kelompok itu memiliki kapasitas balistik yang kuat, namun menggunakan unit gerilya sebagai infanteri dan tidak memiliki angkatan udara atau resimen tank.

Sebaliknya, tentara reguler Lebanon memiliki struktur militer yang khas tetapi persenjataannya tidak memadai.

Keterbatasan Militer Lebanon

Alasan lain mengapa militer Lebanon tidak berperan aktif dalam konflik adalah keterbatasan kekuatan militer.

Tentara Lebanon memiliki peralatan yang kurang modern dan sumber daya yang terbatas jika dibandingkan dengan Hizbullah, apalagi dengan militer Israel

Kekuatan tentara konvensional mereka lebih diarahkan untuk menjaga stabilitas internal ketimbang menghadapi ancaman eksternal seperti Israel.

Hal ini membuat mereka cenderung menghindari bentrokan langsung, karena kekhawatiran bahwa mereka tidak akan mampu menghadapi Israel secara efektif, sementara Hizbullah dengan taktik gerilyanya lebih siap untuk bertempur di medan seperti itu. tentara Lebanon memiliki posisi strategis yang sulit.

 Mereka lebih fokus untuk mempertahankan keutuhan negara dan menekan konflik internal yang berpotensi memecah-belah negara.

Selain itu, keterbatasan anggaran dan dukungan dari komunitas internasional membuat mereka tidak bisa melakukan modernisasi besar-besaran, sehingga fokus mereka lebih banyak pada keamanan internal daripada ikut campur dalam konflik eksternal yang didominasi Hizbullah

Pengaruh Internasional Selain faktor internal, militer Lebanon juga dipengaruhi oleh tekanan internasional. Konflik antara Hizbullah dan Israel selalu mendapat perhatian besar dari komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara Arab lainnya.

Dalam banyak kasus, tentara Lebanon mendapat tekanan untuk tidak terlibat secara langsung dalam konflik, guna menghindari eskalasi yang lebih besar.

Negara-negara Barat lebih memilih agar tentara Lebanon berfungsi sebagai kekuatan stabilisasi di dalam negeri ketimbang ikut terlibat dalam konflik yang melibatkan Israel dan Hizbullah.

Sejumlah analis mengatakan, tekanan diplomatik semacam itu membuat tentara Lebanon lebih memilih untuk menjaga ketertiban di dalam negeri dan membiarkan Hizbullah berhadapan dengan Israel

Ada kekhawatiran bahwa keterlibatan langsung tentara Lebanon dalam konflik bisa memicu intervensi asing yang lebih luas, dan ini dianggap akan menambah ketegangan di kawasan yang sudah sangat tidak stabil.

 

(oln/anadolu/reuters/kmpscm/*)

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas