240.000 Warga Lebanon Kabur ke Suriah, Terpaksa Tidur di Trotoar Demi Hindari Bom Israel
240.000 warga Lebanon dilaporkan kabur menyeberang ke wilayah Suriah, tepat setelah Israel mengintensifkan serangan menggempur negara itu
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM – Lebih dari 240.000 warga Lebanon dilaporkan kabur menyeberang ke wilayah Suriah, tepat setelah Israel mengintensifkan serangan menggempur negara itu pekan lalu.
Menurut laporan otoritas Lebanon, ratusan ribu orang yang mengungsi merupakan warga Suriah yang telah lama tinggal di Lebanon.
Mereka melarikan diri dari Lebanon ke Suriah demi menghindari serangan Israel yang baru-baru ini memulai invasi daratnya dengan melakukan serangan terbatas terhadap target-target Hizbullah di daerah perbatasan Lebanon.
"Tercatat ada 176.080 warga Suriah dan 63.373 warga Lebanon yang menyeberang ke wilayah Suriah sejak 23 September," ujar laporan dari unit manajemen bencana Lebanon, mengutip Al Jazeera.
Diketahui sebelumnya, Juru Bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari memperingatkan warga sipil di Lebanon selatan untuk segera mengungsi.
Menjauh dari posisi Hizbullah saat militer Israel meningkatkan serangan ke wilayah-wilayah yang dicurigai sebagai markas besar milisi Hizbullah.
Tak hanya warga sipil, staf Kementerian Informasi Lebanon dan beberapa gedung di Beirut juga menerima panggilan telepon berisi rekaman suara berisikan perintah mengosongkan gedung guna menghindari serangan.
“Kami menyarankan warga sipil dari desa-desa Lebanon yang berada di dalam dan di samping bangunan dan area yang digunakan oleh Hizbullah untuk tujuan militer, seperti yang digunakan untuk menyimpan senjata, untuk segera keluar dari bahaya demi keselamatan mereka sendiri,” tegas Hagari, dalam sebuah konferensi pers.
Adapun peringatan tersebut adalah yang pertama kali dikeluarkan oleh IDF di Lebanon, setelah konflik pecah pasca Hizbullah menyatakan dukungan untuk Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Pengungsi Lebanon Tidur di Trotoar
Baca juga: Yordania, Irak, Lebanon Tutup Wilayah Udara Menyusul Serangan Rudal Iran ke Israel
Pasca ribuan orang mengungsi masal, antrean ribuan mobil yang ditumpangi berbagai penduduk desa di Lebanon selatan tampak tertahan dan mengular di ruas-ruas jalan utama dari jarak beberapa kilometer.
Mobil-mobil juga tampak berdesakan di kedua sisi jalan, seiring dengan bertambahnya jumlah orang-orang mengungsi ke Suriah untuk mencari perlindungan.
Imbas traffic lalu lintas yang padat orang-orang terpaksa menggelar kasur di trotoar jalanan. Kebanyakan orang mengatakan akan bermalam di sana untuk sementara waktu, demi menghindari serangan bom Israel di kawasan perbatasan.
Untuk menampung lonjakan pengungsi, pemerintah telah membuka sekolah-sekolah di Beirut.
Namun, warga Suriah melaporkan bahwa beberapa tempat menolak mereka untuk menyediakan tempat bagi warga Lebanon, alasan ini yang membuat pengungsi memilih untuk tidur di kawasan pantai.
Di tepi laut, orang-orang terlihat membangun kursi plastik menghadap udara atau duduk mengelilingi meja sambil minum kopi atau menghisap pipa argileh, sebagaimana dikutip dari APNews.
Adalah Fatima Chahine, seorang pengungsi Suriah, yang beberapa hari terakhir tidur di pantai umum Ramlet al-Bayda di Beirut bersama keluarganya dan ratusan orang asing.
“Malam sebelumnya, saya, suaminya, dan kedua anak kami naik sepeda motor dan melaju kencang keluar dari Dahiyeh, menghindari pengeboman dan serangan Israel," ujar Chahine.
“Alhamdulillah tidak ada yang terluka,” imbuhnya.
Pengungsi Lebanon Alami Krisis Bantuan
Invasi darat dan serangan udara yang terus-menerus dilakukan militer Israel membuat krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Lebanon.
Pernyataan itu dilontarkan Juru bicara PBB Stephane Dujarric pada Selasa (1/10/2024).
Dujarric bahkan memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan akan semakin memburuk dengan banyaknya jumlah orang yang mengungsi setelah perintah evakuasi Israel di 30 desa di Lebanon selatan.
Mengantisipasi krisis yang semakin memburuk, Dujarric menyatakan bahwa tidak ada seruan untuk penarikan personil PBB dari Lebanon saat ini, dan UNIFIL serta personel lainnya tetap melanjutkan tugas mereka.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)