Iran Tegaskan Alasan Serangan ke Israel: Balasan Kematian Pemimpin Hizbullah, Hamas dan Pejabat IRGC
Iran mengatakan serangan rudal ke Israel merupakan respons atas pembunuhan kepala Hizbullah, komandan IRGC Abbas Nilforoushan serta Ismail Haniyeh.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Satuan militer elite Iran, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mengatakan, serangan rudal terhadap Israel merupakan respons terhadap pembunuhan kepala Hizbullah Hassan Nasrallah dan komandan IRGC Abbas Nilforoushan minggu lalu, serta pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh awal tahun ini, kantor berita Fars Iran melaporkan.
"Menanggapi tewasnya Ismail Haniyeh, Hassan Nasrallah, dan Nilforoushan, kami menargetkan jantung wilayah pendudukan," kata IRGC dalam sebuah pernyataan.
Dikatakan bahwa serangan rudalnya menargetkan tiga pangkalan militer di wilayah Tel Aviv.
Suara sirine terdengar di Tel Aviv pada Selasa (1/10/2024) malam waktu setempat.
Mengutip Al Jazeera, televisi pemerintah Iran mengatakan 80 persen rudal yang diluncurkan ke Israel mengenai sasarannya.
Sementara itu, militer Israel mengatakan sejumlah besar rudal telah dicegat.
Seorang pejabat senior Iran mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa perintah untuk meluncurkan rudal ke Israel dibuat oleh Pemimpin Tertinggi negara itu, Ayatollah Ali Khamenei.
Khamenei saat ini berada di lokasi yang aman, pejabat senior itu menambahkan.
Dalam sebuah postingan di X, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan dalam sebuah postingan di X bahwa serangan itu merupakan respons yang tegas terhadap agresi Israel.
"Beri tahu Netanyahu bahwa Iran tidak mencari perang, tetapi berdiri teguh melawan ancaman apa pun," tulisnya.
"Jangan terlibat dalam konflik dengan Iran."
Baca juga: Ini Skenario Setelah Iran Menggempur Israel
Sementara itu Mohammad Javad Zarif, penasihat strategis Pezeshkian, mengatakan Iran memiliki hak untuk membela diri terhadap serangan bersenjata Israel yang berulang-ulang terhadap wilayah Iran dan warganya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Mengutip Al Jazeera, juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan Israel sepenuhnya siap untuk mempertahankan diri dan membalas serangan Iran.
Ia menekankan bahwa hal itu akan dilakukan pada waktu yang tepat.
Jake Sullivan, penasihat Gedung Putih, mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintahan AS menegaskan bahwa akan ada konsekuensi berat atas serangan itu.
AS akan bekerja sama dengan Israel untuk mewujudkannya, ujarnya.
Di sisi lain, Iran telah memperingatkan Israel agar tidak menanggapi serangannya, mengancam akan meluncurkan rudal lebih lanjut ke negara itu jika membalas.
Raed Jarrar, direktur advokasi di lembaga pemikir DAWN yang berbasis di AS, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Timur Tengah sekarang berada dalam perang regional skala penuh.
Perang seperti ini tidak akan berakhir tanpa perubahan dalam kebijakan Amerika.
"Ini tidak akan berhenti tanpa Amerika Serikat bersikap tegas dan berkata, 'Kami tidak akan mengirim lebih banyak senjata ke Israel. Kami tidak akan mendanai dan membantu kejahatan Israel,'" katanya.
Omar Rahman, seorang peneliti di Middle East Council on Global Affairs, berpendapat bahwa Israel pasti akan menanggapi.
"Anda akan melakukan tindakan pembalasan, bolak-balik, yang memicu perang yang lebih besar," katanya kepada Al Jazeera.
Rahman menambahkan bahwa Israel telah mencoba untuk "mengundang" perang ini melalui tindakannya selama beberapa bulan terakhir.
"Israel mampu melakukan penghancuran besar-besaran, seperti yang kita lihat di Lebanon," ujarnya.
"Israel mampu melakukan tindakan intelijen yang besar dan melancarkan perang yang benar-benar menghancurkan."
"Iran, menurut saya, sudah mencoba untuk menghindarinya, tetapi negara itu sedang menuju semacam perang dengan Israel."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)