Direktur CIA: Tidak Ada Bukti Iran Sedang Mengembangkan Senjata Nuklir
Direktur CIA mengatakan ia tidak melihat adanya bukti bahwa Iran saat ini sedang mengembangkan senjata nuklir.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Tidak ada bukti bahwa Iran memutuskan untuk membangun senjata nuklir.
Namun, jika memang demikian, AS dan sekutunya pasti akan dapat mendeteksi langkah tersebut sedini mungkin, kata Direktur CIA, William Burns, pada Senin (7/10/2024).
Ketika Israel mempertimbangkan untuk menyerang Iran, muncul spekulasi apakah Israel akan menyerang situs nuklir Iran untuk memutus kemungkinan negara tersebut membangun senjata nuklir.
Mengutip NBC News, dalam sebuah konferensi keamanan Cipher Brief di Sea Island, Georgia, Burns mengatakan Iran telah memajukan program nuklirnya dengan menimbun uranium yang diperkaya hingga mendekati tingkat senjata.
Akibatnya, Iran dapat dengan cepat memperoleh cukup bahan fisil untuk bom atom jika mereka memilih untuk melakukannya.
Tapi Burns tidak melihat tanda-tanda itu.
"Tidak, kami tidak melihat bukti hari ini bahwa pemimpin tertinggi (Iran) telah membatalkan keputusan yang diambilnya pada akhir tahun 2003 untuk menangguhkan program persenjataan," kata Burns.
Komunitas intelijen AS menilai bahwa Iran menangguhkan programnya atas perintah Khamenei pada tahun lalu.
Perkiraan mengenai berapa lama waktu yang dibutuhkan Iran untuk membangun senjata nuklir yang layak setelah memperoleh cukup bahan fisil, bervariasi.
Beberapa ahli mengatakan bahwa mungkin diperlukan waktu hingga satu tahun untuk memproduksi hulu ledak.
Burns mengatakan AS telah memantau aktivitas nuklir Iran secara ketat untuk mencari tanda-tanda bahwa rezim tersebut sedang terburu-buru membuat bom.
Baca juga: Analisis: Israel Mungkin Tak Mampu Hancurkan Situs Nuklir Iran Sendirian
"Kami tidak melihat bukti hari ini bahwa keputusan seperti itu telah dibuat. Kami mengamatinya dengan sangat cermat," kata Burns.
"Saya pikir kami cukup yakin bahwa, dengan bekerja sama dengan teman-teman dan sekutu kami, kami akan dapat mendeteksinya relatif lebih awal."
Iran pun selalu membantah bahwa mereka ingin membangun senjata nuklir.
Mereka mengatakan program nuklir apapun, murni untuk tujuan sipil.
Mengenal Kesepakatan Nuklir Iran
Mengutip cfr.org, Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) atau yang lebih dikenal dengan "kesepakatan nuklir Iran", adalah sebuah perjanjian mengenai program nuklir Iran yang disepakati di kota Wina, Austria pada 14 Juli 2015.
Perjanjian itu ditandatangani oleh Iran, P5+1 (lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB yakni Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, China, ditambah Jerman), serta Uni Eropa.
Tujuan utama dari perjanjian ini adalah untuk membatasi program nuklir Iran guna mencegahnya mengembangkan senjata nuklir.
Sebagai balasannya, Iran diberi keringanan sanksi ekonomi.
Tetapi pada tahun 2018, Presiden AS saat itu, Donald Trump, memutuskan untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir, dengan alasan bahwa perjanjian tersebut tidak cukup kuat untuk menghentikan ambisi nuklir Iran dan tidak mencakup aktivitas Iran di kawasan, seperti program misil balistik.
Dengan begitu, AS kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran.
Sebagai balasan atas pengunduran diri AS dan serangan mematikan terhadap tokoh-tokoh terkemuka Iran pada tahun 2020, Iran dilaporkan melanjutkan aktivitas nuklirnya.
Inspektur PBB melaporkan pada awal tahun 2023 bahwa Iran telah memperkaya sejumlah kecil uranium hingga hampir mencapai tingkat senjata, yang kemudian memicu kekhawatiran internasional.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)