China Tawarkan 2 Varian Jet Tempur Terbaru kepada Sekutu AS di Timur Tengah, Peta Kekuatan Berubah?
China dilaporkan telah menawarkan dua jet tempur canggih kepada Mesir, yaitu J-10C dan J-31, untuk memodernisasi angkatan udara negara Mesir.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Jet tempur Tiongkok menawarkan Mesir tidak hanya alternatif yang lebih terjangkau tetapi juga teknologi yang mungkin tidak tersedia melalui saluran tradisional AS.
J-10C, yang dikenal karena kemampuan operasi multiperannya, dapat meningkatkan kekuatan militer Mesir, yang memungkinkan negara tersebut untuk memproyeksikan kekuatan ke wilayah-wilayah yang bergejolak di sekitarnya, seperti Libya dan Sinai.
Kekuatan militer baru ini mungkin dianggap oleh AS sebagai ancaman, terutama jika dilihat dalam konteks pengaruh Tiongkok yang semakin besar di dunia Arab.
Pesawat tempur China
Jet tempur J-10C, yang juga dikenal sebagai "Naga Kuat," menawarkan kemampuan tempur yang ditingkatkan secara signifikan, termasuk sistem kendali tembakan canggih dan kemampuan operasi multiperan.
Keunggulan harga jet tempur China, yang berkisar antara $40 juta hingga $50 juta per unit, semakin memperkuat daya tarik kesepakatan tersebut, terutama dengan latar belakang harga yang lebih tinggi untuk F-16 dan F-15 Amerika yang baru.
Nikolov mengarakan, secara paralel, akuisisi J-10C dapat membuka pintu bagi hubungan Tiongkok-Mesir yang lebih dalam, yang dapat menjadi perhatian strategis bagi Washington.
"Meskipun AS terus memberikan bantuan militer yang signifikan kepada Mesir, pengaruh Tiongkok yang semakin besar di kawasan tersebut dapat memperkuat kemerdekaan Mesir dan memberi Kairo opsi baru untuk dukungan dan peralatan militer," katanya.
Hal ini terutama penting dalam konteks persaingan global antara AS dan Tiongkok, di mana masing-masing negara berusaha memperkuat pengaruhnya di kawasan yang secara strategis penting.
Perubahan keseimbangan kekuatan di Timur Tengah ini akan berdampak tidak hanya pada militer Mesir tetapi juga pada hubungan antara Mesir dan pemain kunci lainnya di kawasan tersebut.
Misalnya, Turki, yang sudah memiliki hubungan yang rumit dengan Mesir, mungkin melihat langkah tersebut sebagai ancaman terhadap ambisinya di Libya dan konflik Timur Tengah lainnya.
Ada risiko ketegangan baru di kawasan tersebut, yang dapat meningkatkan konflik dan memengaruhi upaya perdamaian.
Pemerintah AS, menurut Nikilov, kemungkinan akan bereaksi terhadap perkembangan ini dengan hati-hati, karena Mesir merupakan sekutu penting dalam memerangi terorisme dan menjaga stabilitas di Timur Tengah.
Ia menyinggung soal kritikus kebijakan AS di kawasan tersebut berpendapat bahwa tanggapan Washington yang tidak memadai terhadap hubungan Tiongkok-Mesir yang baru dapat mengancam tidak hanya kerja sama bilateral tetapi juga keamanan umum di kawasan tersebut.