Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
Deutsche Welle

Dominasi Cina di BRICS, Mampukah India Mengimbangi?

Saat blok BRICS yang baru diperluas bersidang untuk pertama kalinya, satu kesamaan yang mencolok di antara anggotanya adalah hubungan…

zoom-in Dominasi Cina di BRICS, Mampukah India Mengimbangi?
Deutsche Welle
Dominasi Cina di BRICS, Mampukah India Mengimbangi? 

Saat para pemimpin bersiap untuk KTT BRICS di kota Kazan, Rusia barat daya, akhir bulan ini, India tampaknya memiliki posisi unik dalam blok tersebut.

BRICS dulunya mengacu pada Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, namun kelompok ini diperluas pada Januari 2024 dengan memasukkan Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Di satu sisi, ada Cina, Rusia, dan Iran yang menyatakan posisi anti-Barat. Sebaliknya, anggota lain seperti Arab Saudi, UEA, dan Mesir mempertahankan keseimbangan antara kemitraan Barat mereka dan hubungan ekonomi yang kuat dengan Cina.

Sebagai contoh, semua negara anggota BRICS kecuali India dan Brasil merupakan bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) Cina. Bahkan Brasil, yang secara resmi bukan bagian dari BRI, sedang didekati oleh Beijing, yang membeli sekitar sepertiga dari ekspor Brasil.

Namun, India adalah satu-satunya anggota BRICS yang memiliki hubungan strategis yang semakin kuat dengan Barat dan hubungan yang semakin tegang dengan Cina.

Rivalitas India-Cina terutama disebabkan oleh ketegangan yang terus berlanjut di sepanjang perbatasan de facto antara dua raksasa Asia ini, yang dikenal sebagai Line of Actual Control (LAC), di mana India mengklaim panjangnya 3.488 kilometer sementara Cina mengatakan panjangnya lebih pendek.

Bagaimana India ambil peran di BRICS untuk keuntungannya?

India sedang menuju untuk menjadi ekonomi terbesar ketiga di dunia, setelah Amerika Serikat dan Cina.

Berita Rekomendasi

"Brasil dan Afrika Selatan adalah ekonomi yang sedang berjuang saat ini. Jadi, kontur di dalam lima anggota asli juga telah berubah," kata Harsh Pant, wakil presiden Observer Research Foundation, sebuah lembaga ThinkTank di India.

"Masuknya aktor baru membuatnya semakin kacau," kata Pant kepada DW, menambahkan bahwa agenda BRICS bergeser ke arah diskusi yang ekstensif tanpa menghasilkan hasil yang signifikan.

Bagi India, yang sekarang menjadi bagian dari aliansi strategis dengan Barat untuk menghadapi Cina di Indo-Pasifik, seperti kelompok "Quad" yang terdiri dari AS, Jepang, Australia, dan India, "tantangannya adalah apa yang harus dilakukan dengan platform seperti BRICS karena ada kontradiksi yang cukup jelas dan saya tidak berpikir mereka bisa disembunyikan," kata Pant.

Sreeram Chaulia, dekan di Jindal School of International Affairs, percaya bahwa sifat blok ini sedang mengalami transisi.

"Jika ekspansi ini tidak terjadi, BRICS hanya akan menjadi forum pembicaraan dan tidak memiliki banyak nilai dalam hal keuntungan strategis atau ekonomi bagi India. Tetapi sekarang setelah ekspansi terjadi, ada persaingan dan kita tidak ingin menyerahkan ruang ini kepada Cina," katanya kepada DW.

Negara-negara dalam blok BRICS yang diperluas menyumbang lebih dari 37% PDB global, lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan Uni Eropa.

Melawan Cina

Upaya Cina untuk memperluas lima negara asli BRICS menjadi lingkaran yang lebih besar dipandang, terutama oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat, sebagai upaya untuk mendapatkan pengaruh global yang lebih besar.

Halaman
123
Sumber: Deutsche Welle
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas