Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sebut Zionis Ingin Kuasai Wilayah Arab, Hizbullah: Tanpa AS, Israel Tak Bisa Apa-Apa

Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem sebut Israel ingin menguasai wilayah Arab. Ia sebut Israel tak bisa apa-apa tanpa dukungan AS.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Yurika NendriNovianingsih
zoom-in Sebut Zionis Ingin Kuasai Wilayah Arab, Hizbullah: Tanpa AS, Israel Tak Bisa Apa-Apa
Swissinfo
Wakil Sekjen Hizbullah Naim Qassem sebut Israel ingin menguasai wilayah Arab. Menurutnya, Israel tidak bisa melakukan tindakan ofensif di Timur Tengah tanpa bantuan AS dan sekutu Eropa. 

TRIBUNNEWS.COM - Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, mengatakan Israel tidak puas menguasai Palestina dan berniat menguasai wilayah Arab.

Menurutnya, Israel tidak bisa meluncurkan serangan besar-besaran di Jalur Gaza Palestina, Lebanon selatan, dan sejumlah wilayah Irak dan Suriah tanpa dukungan sekutunya, Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Eropa termasuk Inggris dan Jerman.

“Israel adalah pendudukan ekspansionis yang tidak puas dengan Palestina, namun menginginkan seluruh wilayah Arab," kata Naim Qassem dalam pernyataannya, Selasa (15/10/2024).

“Jika bukan karena Amerika Serikat, Israel tidak akan mampu melakukan apa yang mereka lakukan sekarang," lanjutnya, merujuk pada pembantaian yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina dan Lebanon selatan.

Ia menegaskan, Hizbullah berhak menargetkan lokasi di Israel yang dianggap tepat untuk melawan pendudukan Israel.

"Kami berhak menargetkan titik mana pun di Israel dan kami akan memilih titik yang kami anggap tepat," katanya, merujuk pada serangan Hizbullah di sejumlah wilayah Israel.

Mengulangi dukungan Hizbullah untuk perlawanan Palestina di Jalur Gaza, Naim Qassem menekankan perjuangan Lebanon dan Palestina tidak bisa dipisahkan.

BERITA REKOMENDASI

“Kita tidak dapat memisahkan Lebanon dari Palestina, atau wilayah ini dari Palestina,” katanya.

“Pendudukan Israel tetap berada di Lebanon selama 22 tahun dan kami hanya muncul melalui perlawanan. Lebanon termasuk dalam proyek ekspansionis Israel," lanjutnya.

“Dukungan kami terhadap Palestina adalah dukungan terhadap kelompok sayap kanan karena mereka adalah pemegang hak,” tambahnya.

Ia menegaskan rakyat Palestina memiliki hak yang sah untuk melakukan perlawanan terhadap pendudukan Israel.

Baca juga: Target Strategis Hizbullah, Apa Pentingnya Pangkalan Stella Maris bagi Israel di Haifa?

“Kami mendukung Palestina untuk menangkal bahaya dari mereka dan mencegah ekspansi Israel," ujarnya.

Ia menekankan jika Hizbullah tidak menghadapi Israel, maka negara Zionis itu dapat memperluas pendudukannya di Timur Tengah.

“Jika kita tidak menghadapi Israel, tujuan mereka akan tercapai," katanya, seperti diberitakan Quds Networks.

Dalam pidatonya, Naim Qassem menekankan serangan Israel di Jalur Gaza tidak dimulai setelah Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, namun kejahatan Israel telah terjadi sebelum pendirian negara Zionis itu di Palestina pada tahun 1948.

"Israel bertaruh pada kriminalitas dan adopsi mutlak dari Amerika Serikat. Bukankah Palestina berhak mengambil tindakan untuk mengusir pendudukan ini? Daripada bertanya mengapa Operasi Banjir Al-Aqsa terjadi, tanyakan mengapa pendudukan itu terjadi," tambahnya.

Naim Qassem juga membenarkan tindakan para pejuang Hizbullah untuk melawan pendudukan Israel yang membunuh puluhan ribu warga sipil.

"Kami berperang sebagai perlawanan dengan penuh hormat dan menargetkan tentara mereka. Mereka secara brutal membunuh dan membunuh anak-anak, orang tua, petugas medis, dan warga sipil," katanya.

"Kami akan memperluas cakupan penargetan situs militer di Israel. Lapanganlah yang memberi hasil dan kita harus bersabar dan bertahan. Saya berjanji kepada para pengungsi untuk kembali ke rumah mereka setelah kemenangan," tambahnya, dikutip dari Aawsat.

Wakil Sekjen Hizbullah itu juga mendukung gencatan senjata yang sejalan dengan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Naim Qassem saat ini mengambil kepemimpinan Hizbullah untuk sementara sejak Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, tewas dalam serangan udara Israel ketika ia mengadakan pertemuan di markas Hizbullah di Haret Hreik, pinggir Distrik Dahiya, selatan Beirut, Lebanon pada Jumat (27/9/2024).

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.

Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Selain Jalur Gaza, Israel memperluas serangannya ke Lebanon selatan sejak Senin (23/9/2024) dengan dalih menargetkan Hizbullah.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa, masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 42.344 jiwa dan 99.013 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (15/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas