Pembantaian dan Genosida Israel di Jabalia Tewaskan 33 Warga Sipil
Pembantaian dan genosida Israel berlanjut di Jabalia, setidaknya 33 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di kamp Jabalia di Gaza utara.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Pembantaian dan genosida Israel berlanjut di Jabalia.
Setidaknya 33 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di kamp Jabalia di Gaza utara.
Wilayah tersebut, telah dikepung oleh militer Israel selama lebih dari dua minggu, Al Jazeera melaporkan.
Sedikitnya 20 dari mereka yang tewas diyakini adalah wanita.
Korban luka terus berdatangan di tiga rumah sakit yang berfungsi sebagian di wilayah Gaza utara.
Dengan demikian, jumlah total orang yang tewas di Jalur Gaza sejak Jumat dini hari menjadi sedikitnya 64 orang, termasuk 45 orang yang tewas khususnya di Jabalia.
"Lebih banyak orang masih tertimbun reruntuhan," kata tim penyelamat.
Dalam serangan terpisah, militer Israel menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai 15 lainnya dalam pemboman sebuah rumah di daerah al-Tawbah, Jabalia.
Israel 'selidiki' serangan kamp pengungsi Jabalia yang menewaskan 33 orang
Militer Israel mengatakan, pihaknya sedang "menyelidiki" serangan oleh pasukannya yang menewaskan sedikitnya 33 orang di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara, kantor berita AFP melaporkan.
Lebih dari 80 orang juga terluka dalam serangan Israel – kebanyakan wanita dan anak-anak.
Eskalasi terjadi saat pengepungan militer Israel yang brutal di wilayah Jabalia memasuki minggu ketiga, menyebabkan sekitar 200.000 warga Palestina tidak memiliki akses terhadap makanan, air atau pasokan medis.
Baca juga: Lebanon Hadapi Peningkatan Kasus Kolera di Tengah Konflik
Dr. Mohamad Salha, penjabat direktur Rumah Sakit al-Awda, mengatakan fasilitasnya kewalahan merawat sekitar 70 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, yang terluka dalam serangan mematikan terbaru di Jabalia.
"Kami telah menerima lebih dari 70 korban luka di unit gawat darurat kami dan juga lebih dari 30 orang meninggal dunia," kata Dr. Salha kepada Al Jazeera.
"Sampai saat ini ambulans kami dan ambulans Kementerian Kesehatan masih membawa kasus ke RS Al-Awda dan rumah sakit lainnya," kata Salha.