Israel Pertimbangkan Usulan Mesir Soal Gencatan Senjata Selama 2 Minggu dengan Hamas
Usulan Mesir tersebut menyerukan pembebasan hanya enam sandera Israel sebagai gantinya, kata pejabat tersebut.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Israel Pertimbangkan Rencana Mesir untuk Gencatan Senjata Selama 2 Minggu dengan Hamas
TRIBUNNEWS.COM - Para pejabat Israel tengah mempertimbangkan usulan Mesir untuk gencatan senjata skala kecil dengan Hamas, kata seorang pejabat Israel kepada NBC News, dilansir Selasa (22/10/2024).
Gencatan senjata skala kecil ini disebutkan sebagai 'pancingan' dengan tujuan membangun momentum untuk kesepakatan yang lebih besar.
Baca juga: Rincian Penargetan Komandan Brigade 401 Israel di Jabalia, Al Qassam: 12 Infanteri IDF Kena Bom TV
Laporan ini muncul saat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken tiba di Israel untuk mendorong aksi diplomatik baru.
"Kabinet keamanan Israel telah membahas usulan Mesir untuk gencatan senjata selama dua minggu di Gaza," kata pejabat tersebut. yang berbicara dengan syarat anonim.
Usulan Mesir tersebut menyerukan pembebasan hanya enam sandera Israel sebagai gantinya, kata pejabat tersebut.
Usulan tersebut diajukan oleh Hassan Mahmoud Rashad, kepala intelijen Mesir yang baru, yang mulai menjabat minggu lalu.
Proposal ini pertama kali dilaporkan oleh Axios .
Blinken tiba di Israel Selasa pagi sebagai bagian dari tur-nya di Timur Tengah yang bertujuan untuk memperbarui pembicaraan demi kesepakatan komprehensif guna mengakhiri konflik regional yang semakin meningkat setelah kematian pemimpin Hamas Yahya Sinwar .
Hal ini terjadi saat Israel terus melancarkan serangan mematikan di Gaza utara, tempat ribuan orang telah melarikan diri dari operasi Israel yang gencar di berbagai wilayah seperti kamp pengungsi Jabalia dalam beberapa hari terakhir.
Pasukan Israel juga melanjutkan invasi mereka ke Lebanon selatan dengan menyasar Hizbullah pada hari Selasa sambil menyerang beberapa bagian ibu kota negara itu, Beirut, dalam serangan yang memicu evakuasi sebuah rumah sakit setempat.
"Pikirannya adalah bahwa upaya untuk mencapai kesepakatan besar terus menemui tantangan. Jadi idenya adalah untuk mendapatkan momentum dengan kesepakatan yang lebih kecil," kata pejabat Israel tersebut.
Pejabat tersebut memperingatkan bahwa meskipun usulan tersebut telah dibahas oleh para pemimpin Israel, usulan tersebut belum disetujui.
"Tidak jelas pula apakah Hamas akan menyetujui usulan perjanjian gencatan senajata skala kecil ini," kata laporan tersebut.
Sementara AS berharap kalau terbunuhnya Yahya Sinwar tersebut minggu lalu dapat menciptakan peluang untuk negosiasi gencatan senjata.
Seorang pejabat AS mengakui dalam pengarahan kepada wartawan pada Senin bahwa AS tidak mengetahui siapa — jika ada — yang saat ini memimpin Hamas dan dapat bernegosiasi atas nama Hamas.
Baca juga: Yahya Sinwar Sudah Punya Firasat Sebelum Meninggal, Sampaikan Pesan Terakhir soal Perjuangan Hamas
Dorongan Diplomatik Blinken
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan kepada wartawan yang bepergian bersama Blinken bahwa ia memiliki lima tujuan utama dalam perjalanannya ke kawasan tersebut.
Pejabat tersebut mengatakan, prioritas utamanya adalah berdiskusi dengan Israel tentang cara mengakhiri pertempuran di Gaza dan mengamankan pembebasan para sandera yang masih ditahan di sana.
Ia juga akan membahas rencana pascaperang untuk wilayah kantong Palestina tersebut dan menjajaki langkah-langkah kemanusiaan yang harus diambil Israel untuk meringankan penderitaan yang meluas akibat serangannya di Gaza.
Blinken akan berupaya mendorong perundingan tentang cara mengamankan solusi diplomatik bagi pertempuran di Lebanon dan membahas dengan pejabat Israel tentang tanggapan yang diharapkan terhadap serangan yang dilancarkan Iran sebagai balasan atas pembunuhan komandan tinggi Hamas dan Hizbullah.
Menteri Luar Negeri juga akan membahas penggunaan sistem antirudal canggih yang dikirim AS ke Israel guna memperkuat program pertahanan rudal negara itu yang sudah kuat, yang telah mulai diberlakukan minggu ini.
Hal ini terjadi saat AS sedang menyelidiki kebocoran dokumen rahasia yang menunjukkan badan mata-mata AS melacak kemungkinan persiapan Israel untuk menyerang Iran.
Evakuasi Rumah Sakit Beirut
Saat Blinken tiba di Israel, sejumlah pejabat di sebuah rumah sakit di Dahieh , pinggiran selatan Beirut yang dikenal sebagai benteng Hizbullah, mengatakan kepada NBC News bahwa mereka telah mengevakuasi fasilitas medis tersebut setelah Israel mengklaim terdapat bunker uang tunai Hizbullah di bawah lokasi tersebut.
Militer Israel menuduh bahwa Hizbullah memiliki ratusan juta dolar dalam bentuk uang tunai dan emas yang disembunyikan di sebuah bunker yang dibangun di bawah Rumah Sakit Umum Sahel, tuduhan yang dibantah oleh direktur fasilitas tersebut.
Pasukan Pertahanan Israel mengatakan mereka tidak akan menyerang rumah sakit secara langsung, tetapi direktur fasilitas medis, Dr. Fadi Alami, mengatakan kepada NBC News bahwa para pejabat masih bergerak untuk mengevakuasi rumah sakit.
Ia mengatakan mereka berharap dapat mengembalikan pasien ke fasilitas itu pada Selasa pagi saat ia menepis tuduhan militer Israel.
"Kami sepenuhnya membantah tuduhan musuh," katanya. "Mereka hanya bermimpi. Semua ini sandiwara."
Setidaknya 13 orang termasuk seorang anak tewas dalam serangan Israel di dekat Beirut pada Senin malam yang juga menyebabkan kerusakan pada Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri di Beirut selatan, kata kementerian kesehatan Lebanon.
Militer Israel mengatakan bahwa semalam mereka telah menyerang "fasilitas penyimpanan senjata Hizbullah, pusat komando, dan target teror lainnya di Beirut."
(oln/nbc/Raf Sanchez/Ziad Jaber/Chantal Da Silva/*)