Memanas di Semenanjung Korea, Pasukan Korsel dan Korut Disebut Akan Berperang di Ukraina
Situasi di Semenanjung Korea semakin memanas setelah pemimpin Korea Utara KimJong Un memerintahkan pasukannya siaga perang
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Situasi di Semenanjung Korea semakin memanas setelah pemimpin Korea Utara KimJong Un memerintahkan pasukannya siaga perang meawan Korea Selatan di perbatasan.
Situasi memanas terus berlanjut, kemudian menyusul informasi dari intelijen Korea Selatan bahwa tetangganya tersebut telah mengirim sekitar 1.500 pasukannya ke Vladivostok.
Mereka sedang melakukan pelatihan di timur Rusia untuk dikerahkan ke Ukraina jika diperlukan.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-976: Zelensky Sebut Tentara Korea Utara Bantu Rusia Mulai Besok
Informasi tersebut kemudian ditimpali oleh Presiden Korsel Yoon Suk Yeol bahwa kemungkinan militernya juga akan dikirimkan ke Ukraina.
Jika militer Korut akan bertempur membela Rusia, maka militer Korsel akan berperang di pihak Ukraina.
Seusai pertemuan bilateral dengan Presiden Polandia Andrzej Duda di Seoul, Kamis, Yoon mengatakan kedua pemimpin mengecam keras pengiriman pasukan Korut ke Rusia dan sepakat untuk memperkuat tanggapan bersama terhadap meningkatnya ancaman keamanan.
"Jika Korea Utara mengirimkan pasukan khusus ke perang Ukraina, kami akan memberikan dukungan kepada Ukraina selangkah demi selangkah dan mempertimbangkan untuk mengambil tindakan yang diperlukan demi keamanan Semenanjung Korea," kata Yoon dalam konferensi pers bersama Duda.
Yoon mengatakan bahwa negaranya memegang prinsip untuk tidak secara langsung memasok senjata mematikan.
"Tetapi kami dapat meninjau kebijakan ini dengan lebih fleksibel tergantung pada kegiatan militer Korea Utara," ujarnya,.
Baca juga: Zelensky: Rusia Akan Kerahkan Pasukan Korea Utara ke Garis Depan Paling Cepat 27-28 Oktober 2024
Bloomberg, mengutip dokumen intelijen Korea Selatan yang dibagikan Seoul dengan sekutunya minggu ini, menulis bahwa kelompok kedua personel militer Korea Utara akan segera menuju Rusia.
Menurut dokumen tersebut, kelompok pertama yang terdiri dari 1.500 pejuang pasukan khusus elit sudah menjalani pelatihan di Timur Jauh Rusia sebagai bagian dari rencana pengerahan sekitar 10.000 tentara Korea Utara.
Senjata Korut Telah Dikirim
Sementara itu kerjasama Tusia dengan Korut telah terjalin dalam pemasokan senjata.
Strana menyebutkan, berdasar informasi intelijen, Kim Jong Un telah mengirimkan jutaan butir peluru ke Rusia.
Media tersebut menginformasikan bahwa sebanyak 60 persen peluru dan artileri yang dipakai Rusia dipasok dari Pyongyang.
Rusia hanya memproduksi sebanyak 30 persen saja, sisanya didatangkan dari Iran.
Analisis intelijen menunjukkan bahwa sejak Agustus tahun lalu, Pyongyang telah mengirim sekitar 8 juta peluru 122 mm dan 152 mm, sekitar 100 rudal Hwasong-11, dan senjata antitank Bulsae-4 kepada Rusia.