Korea Selatan Akan Sampaikan Laporan ke NATO soal Pengiriman Pasukan Korea Utara ke Rusia
Pada hari Senin, 28 Oktober, delegasi tingkat tinggi dari Republik Korea akan memberi pengarahan kepada Dewan Atlantik Utara.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Delegasi tingkat tinggi dari Korea Selatan akan memberi laporan kepada Dewan Atlantik Utara tentang pengerahan pasukan Korea Utara ke Rusia pada hari Senin (28/10/2024), Reuters melaporkan.
Dewan Atlantik Utara (NAC) adalah badan pembuat keputusan politik utama North Atlantic Treaty Organization (NATO).
"Duta besar dari mitra Indo-Pasifik NATO, termasuk Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Republik Korea, telah diundang untuk hadir," demikian diumumkan NATO pada hari Minggu.
Sebelumnya, pada hari Kamis (24/10/2024), intelijen militer Ukraina mengatakan bahwa sekitar 12.000 tentara Korea Utara, termasuk 500 perwira dan tiga jenderal, sudah berada di Rusia.
Selain itu, pelatihan sedang berlangsung di lima pangkalan militer.
Berbicara pada hari yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak membantah bahwa pasukan Korea Utara berada di Rusia.
Namun, ia mengatakan, urusan Rusia adalah bagaimana menerapkan perjanjian dengan Korea Utara yang mencakup klausul pertahanan bersama untuk saling membantu melawan agresi eksternal.
Pemimpin NATO: Pengiriman Pasukan Korea Utara ke Perang Ukraina Akan Meningkatkan Konflik
Jika Korea Utara mengirim pasukan ke Ukraina untuk berperang atas nama Rusia, hal itu akan meningkatkan konflik secara signifikan, kata sekretaris jenderal NATO, Mark Rutte, di platform media sosial X pada hari Senin (21/10/2024) lalu.
Rutte, yang mulai menjabat di NATO pada awal bulan ini, mengatakan bahwa ia telah berdiskusi dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol tentang kemitraan erat NATO dengan Seoul, dengan fokus pada kerja sama industri pertahanan dan keamanan yang saling terhubung di kawasan Euro-Atlantik dan Indo-Pasifik.
Kekhawatiran Korea Selatan atas Pengerahan Pasukan Korea Utara ke Rusia
Berita bahwa Korea Utara mengirimkan ribuan tentara untuk berlatih bertempur bersama Rusia, membuat Ukraina, AS, dan Eropa cemas.
Namun, berita ini memiliki makna khusus di Korea Selatan, di mana Korea Utara adalah musuh sekaligus tetangganya.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-976: Zelensky Sebut Tentara Korea Utara Bantu Rusia Mulai Besok
Sesuatu yang awalnya merupakan konflik di Eropa kini bisa menjadi konflik Asia juga, menurut analisis The Guardian.
Hubungan Korea Utara dengan Rusia dipercaya dapat memperburuk ketegangan di Semenanjung Korea dan berdampak pada stabilitas kawasan perbatasan antar Korea tersebut.
Perang di Ukraina pun diawasi dengan ketat di Seoul.
“Penempatan pasukan Korea Utara mengisyaratkan bahwa perang di Ukraina bukan lagi konflik yang tidak ada hubungannya dengan Korea Selatan,” tulis Korea Times dalam sebuah tajuk rencana.
"Pengerahan pasukan besar-besaran menunjukkan bahwa hubungan Rusia-Korea Utara telah berkembang melampaui sekadar penyediaan senapan, peluru, dan rudal jarak pendek ke tingkat aliansi darah," kata Korea Herald.
Korea Selatan khawatir bahwa keterlibatan Korea Utara dalam konflik Ukraina dapat berdampak buruk di sepanjang perbatasan mereka, di mana ketegangan sudah meningkat.
Korea Selatan menyuarakan "kekhawatiran serius" setelah Rusia bergerak untuk meratifikasi perjanjian pertahanannya dengan Korea Utara.
Seoul kembali menyerukan kepada Rusia untuk menghentikan kerja samanya dengan Korea Utara.
Di bawah presiden konservatifnya, Yoon Suk Yeol, Korea Selatan telah mendukung sanksi yang dipimpin AS terhadap Rusia.
Korea Selatan juga memberikan bantuan kemanusiaan dan bantuan non-senjata lainnya kepada Ukraina.
Minggu lalu, laporan media mengatakan bahwa Korea Selatan mempertimbangkan untuk mengirim pejabat ke Ukraina untuk memberikan informasi intelijen tentang taktik medan perang Korea Utara.
Korea Selatan juga bersedia ambil bagian dalam interogasi terhadap pasukan Korea Utara yang ditangkap.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)