Momen Netanyahu Disoraki Kerumunan Warga Israel karena Tidak Bisa Pulangkan Sandera: Memalukan
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, diteriaki warga saat ia berpidato dalam sebuah acara di Yerusalem, pada Minggu (27/10/2024).
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, diinterupsi warga saat ia berpidato dalam sebuah acara di Yerusalem, pada Minggu (27/10/2024).
Mengutip Al Mayadeen, Netanyahu tampak terdiam di atas podiumnya ketika para keluarga sandera meneriaki dan menginterupsinya selama lebih dari satu menit.
Beberapa orang memprotes dan berteriak "Memalukan!" dan membuat keributan, sehingga Netanyahu terpaksa segera mengakhiri pidatonya.
Menurut laporan media Israel, acara tersebut, awalnya direncanakan tanpa komentar dari anggota keluarga tawanan karena ada kekhawatiran akan kritik terhadap Netanyahu dan anggota kabinetnya.
Tekanan publik dan internasional telah meningkat pada pemerintahan Netanyahu untuk berbuat lebih banyak guna mencapai kesepakatan pembebasan tawanan yang masih berada di Gaza dan mengakhiri agresi di Gaza.
Proposal Gencatan Senjata 2 Hari
Sementara itu, pada hari Minggu (27/10/2024), Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, mengusulkan gencatan senjata dua hari di Gaza dan pertukaran sandera yang bertujuan untuk mengamankan "gencatan senjata penuh."
Mengutip The New Arab, usulan tersebut mencakup pertukaran 4 sandera Israel yang ditahan di Gaza dengan beberapa tahanan Palestina di penjara Israel, dan akan diikuti oleh lebih banyak perundingan dalam waktu 10 hari, kata Sisi dalam sebuah konferensi pers di Kairo.
Ia tidak mengatakan apakah rencana tersebut telah secara resmi disampaikan kepada Israel atau Hamas.
Intervensi Sisi dilakukan ketika Israel terus menggempur wilayah Palestina, sementara juga berperang melawan Hizbullah di Lebanon dan baru saja melancarkan serangan udara terhadap musuh utamanya, Iran.
Serangan pada hari Sabtu (26/10/2024), yang merupakan kedua kalinya Israel membalas serangan rudal balistik Iran, memicu seruan global untuk menahan diri.
Dewan Keamanan PBB akan bertemu pada hari Senin atas permintaan Iran.
Baca juga: 5 Tentara Israel Tewas dalam Pertempuran Terbaru di Lebanon Selatan
Teheran meminta badan tersebut untuk mengutuk serangan yang menewaskan empat tentaranya.
Di dalam negeri, para pemimpin Iran mengecilkan pentingnya serangan tersebut, dengan mengatakan bahwa serangan tersebut hanya menyebabkan kerusakan terbatas.
Presiden Masoud Pezeshkian mengatakan kepada kabinetnya bahwa Iran tidak menginginkan perang tetapi akan memberikan respons yang tepat.
Menurut Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi, Iran telah "menerima indikasi" beberapa jam sebelum serangan tersebut.
Situs berita AS, Axios, melaporkan sebelumnya bahwa Israel memberikan peringatan untuk mencegah eskalasi yang lebih luas.
Mediasi yang Belum Membuahkan Hasil
Mesir, bersama Qatar dan Amerika Serikat, telah berbulan-bulan menjadi penengah pembicaraan gencatan senjata namun belum berhasil.
Kepala mata-mata Israel, David Barnea, dijadwalkan berada di Qatar pada hari Minggu untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan untuk memulai kembali negosiasi menuju kesepakatan penyanderaan.
Keluarga para sandera telah meminta pemerintah Israel untuk menjadi penengah kesepakatan setelah terbunuhnya pemimpin Hamas Yahya Sinwar awal bulan ini.
Di antara isu-isu utama yang mencegah terobosan penolakan Israel atas permintaan Hamas agar Israel menarik diri sepenuhnya dari Gaza.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)