Pentagon: Rusia Bersiap Kerahkan 10.000 Tentara Korea Utara ke Perang Ukraina dalam Beberapa Minggu
Pentagon klaim Korea Utara kirim 10.000 tentara ke Rusia untuk berlatih dan bertempur dalam perang Ukraina dalam beberapa minggu ke depan.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Febri Prasetyo
![Pentagon: Rusia Bersiap Kerahkan 10.000 Tentara Korea Utara ke Perang Ukraina dalam Beberapa Minggu](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/Pilot-Penerbangan-Tempur-Korea-Utara-Ditempatkan-di-Rusia.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Pertahanan Amerika Serikat atau Pentagon mengklaim Korea Utara (Korut) telah mengirimkan sekitar 10.000 tentara ke Rusia untuk berlatih dan bertempur dalam perang Ukraina dalam "beberapa minggu ke depan".
Langkah itu, menurut para pemimpin Barat, akan makin mendidihkan perang yang berlangsung hampir tiga tahun.
"Beberapa tentara Korea Utara telah bergerak mendekati Ukraina," kata Juru bicara Pentagon, Sabrina Singh, Senin (28/10/2024).
Dikutip dari Associated Press, Reuters, dan The Guardian, tentara Korea Utara diyakini sedang menuju wilayah perbatasan Kursk, tempat Rusia telah berjuang untuk memukul mundur serangan Ukraina.
Para pejabat barat menyebut penambahan ribuan tentara Korea Utara menambah tekanan pada tentara Ukraina yang sudah lelah dan kewalahan.
Hal itu juga akan memicu ketegangan geopolitik di Semenanjung Korea dan kawasan Indo-Pasifik yang lebih luas, termasuk Jepang dan Australia.
Menurut Barat, Putin telah meminta bantuan langsung untuk perang di Ukraina dari Iran yang telah memasok pesawat nirawak.
Lalu, Korea Utara telah mengirimkan amunisi dalam jumlah besar.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan perkembangan tersebut menimbulkan ancaman keamanan global.
"Kerja sama militer ilegal antara Rusia dan Korea Utara ini merupakan ancaman keamanan yang signifikan bagi masyarakat internasional dan dapat menimbulkan risiko serius terhadap keamanan nasional kita," katanya.
Pihak Korea Selatan tidak menunjukkan bukti adanya pasukan Korea Utara di Kursk, menurut pejabat Eropa yang hadir selama pertukaran informasi selama 90 menit dan berbicara kepada AP tentang pengarahan keamanan dengan syarat anonimitas.
Baca juga: Menlu Korea Utara Mendadak Terbang ke Rusia, AS Tuduh Pyongyang Kerahkan 10.000 Pasukan
Sebelumnya pada hari Senin (28/10/2024), Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengonfirmasi laporan intelijen Ukraina terkini bahwa beberapa unit militer Korea Utara sudah berada di wilayah Kursk.
Rutte berbicara di Brussels setelah delegasi tingkat tinggi Korea Selatan, termasuk pejabat intelijen dan militer serta diplomat senior, memberi pengarahan kepada 32 duta besar nasional aliansi di markas besar NATO.
Ia mengatakan kepada wartawan di Brussels bahwa pengerahan pasukan Korea Utara merupakan "peningkatan signifikan" dalam keterlibatan Pyongyang dalam konflik tersebut dan "perluasan perang Rusia yang berbahaya".
Presiden AS Joe Biden pun mengomentari pengerahan pasukan itu dengan menyebutnya "berbahaya. Sangat berbahaya".
Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken akan bertemu dengan mitra mereka dari Korea Selatan akhir minggu ini di Washington.
Singh mengatakan Austin dan Menteri Pertahanan Kim Yong-hyun akan membahas penempatan tentara Korea Utara di Ukraina.
"Tidak akan ada batasan penggunaan senjata yang disediakan AS pada pasukan tersebut," kata Singh.
"Jika kita melihat pasukan DPRK bergerak ke garis depan, mereka adalah pihak yang berperang bersama," kata Singh, menggunakan akronim untuk Republik Rakyat Demokratik Korea, atau Korea Utara.
"Ini adalah perhitungan yang harus dilakukan Korea Utara."
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menepis komentar Rutte.
Ia menyatakan bahwa Pyongyang dan Moskow menandatangani pakta keamanan bersama Juni lalu.
Lavrov tidak mengonfirmasi keberadaan tentara Korea Utara di Rusia.
Menlu Rusia itu mengklaim bahwa instruktur militer barat telah lama dikerahkan secara diam-diam ke Ukraina untuk membantu militernya menggunakan senjata jarak jauh yang disediakan oleh mitra barat.
Presiden Rusia Vladimir Putin disebut-sebut sangat ingin membentuk kembali dinamika kekuatan global.
Ia berusaha membangun penyeimbang terhadap pengaruh Barat dengan mengadakan pertemuan puncak negara-negara Brics, termasuk para pemimpin Tiongkok dan India, di Rusia minggu lalu.
Di Moskow, Kementerian Pertahanan mengumumkan pada hari Senin bahwa pasukan Rusia telah merebut desa Tsukuryne di Donetsk – pemukiman terbaru yang takluk terhadap serangan Rusia yang bergerak lambat.
Tidak jelas bagaimana atau kapan sekutu NATO akan menanggapi keterlibatan Korea Utara.
Misalnya, mereka dapat mencabut pembatasan yang mencegah Ukraina menggunakan senjata yang dipasok Barat untuk serangan jarak jauh di wilayah Rusia.
Ukraina, yang pertahanannya berada di bawah tekanan Rusia yang parah di wilayah Donetsk timur, bisa mendapat berita yang lebih suram dari pemilihan presiden AS minggu depan.
Kemenangan Donald Trump bisa mengakibatkan berkurangnya bantuan militer utama AS.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.