Hamas Tak Inginkan Gencatan Senjata 30 Hari tanpa Penarikan Pasukan Israel dari Gaza
Seorang pejabat senior Hamas mengatakan pada hari Kamis (31/20/2024) bahwa pihaknya tidak menyetujui usulan apapun terkait gencatan senjata sementara.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejabat senior Hamas mengatakan pada hari Kamis (31/20/2024) bahwa pihaknya menolak usulan apa pun tentang gencatan senjata sementara.
Ini menyusul proposal yang diajukan oleh Qatar, Mesir, dan AS yang mengusulkan gencatan senjata selama 30 hari, dikutip dari Middle East Eye.
Namun, saat masa gencatan senjata, Israel tidak menarik pasukannya dari Gaza.
Hamas tidak setuju dengan kesepakatan itu.
Dengan tegas, seorang pemimpin senior bernama Taher Al-Nunu menginginkan adanya gencatan senjata permanen dan penarikan pasukan Israel.
"Ide tentang jeda sementara dalam perang, hanya untuk melanjutkan agresi di kemudian hari, adalah sesuatu yang telah kami sampaikan dalam posisi kami. Hamas mendukung penghentian perang secara permanen, bukan yang sementara," kata Taher Al Nunu, dikutip dari Arab News.
Seorang sumber yang mengetahui pembicaraan itu berkata kepada AFP bahwa para mediator yang berusaha menjadi perantara gencatan senjata di Gaza diperkirakan akan mengusulkan gencatan senjata kurang dari sebulan kepada Hamas.
Perundingan Gaza di Doha Sempat Berlanjut, tapi Berakhir tanpa Kepastian
Kepala mata-mata Mossad Israel dan Direktur CIA telah menghadiri pembicaraan di ibu kota Qatar, Doha.
David Barnea dan William Burns bergabung dengan Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani dalam upaya menghidupkan kembali perundingan setelah terbunuhnya kepala Hamas Yahya Sinwar pada 16 Oktober.
Dalam pertemuan yang berakhir pada hari Senin tersebut, dibahas usulan gencatan senjata jangka pendek kurang dari sebulan.
Usulan tersebut mencakup pertukaran sandera dan peningkatan bantuan ke Gaza.
Baca juga: Hamas Bantah Laporan Tentang Kesepakatan Gencatan Senjata Sementara Akan Segera Terjadi
"Pejabat AS yakin bahwa jika kesepakatan jangka pendek dapat dicapai, kesepakatan itu dapat mengarah pada kesepakatan yang lebih permanen," kata sumber tersebut.
Saat ini sekitar 100 tawanan masih berada di Gaza.
Hal ini terjadi lantaran Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak perundingan dan meningkatkan operasi militer.
Selama berbulan-bulan keluarga tawanan Israel melancarkan protes kepada Netanyahu.
Netanyahu kemudian pada hari Senin (28/10/2024) mengatakan bahwa kepala Mossad telah kembali dari perundingan.
Dia mengatakan perundingan antara kedua pihak akan terus berlanjut.
"Dalam beberapa hari mendatang, diskusi akan terus berlanjut antara para mediator dan Hamas untuk menilai kelayakan perundingan dan untuk melanjutkan upaya guna mencapai kesepakatan," kata pernyataan tersebut pada hari Senin.
Pembicaraan gencatan senjata telah berulang kali terhenti selama lebih dari satu tahun perang.
Hamas telah berupaya mencapai gencatan senjata permanen dan menginginkan penarikan pasukan Israel sebagai bagian dari kesepakatan apa pun.
Namun, Netanyahu menginginkan kendali militer atas sebagian wilayah Gaza.
Mesir Usulkan Gencatan Senjata Dua Hari
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi telah mengusulkan gencatan senjata dua hari di Gaza.
Menurut El-Sisi, gencatan senjata ini akan membuka jalan yang cukup untuk kedua belah pihak.
Dalam usulan tersebut, El-Sisi meminta adanya pertukaran empat tawanan Israel yang ditahan di Gaza dengan tahanan Palestina di penjara Israel,.
Nantinya selama gencatan senjata, kedua pihak akan tetap melangsungkan perundingan dalam 10 hari ke depan.
Saat ini jumlah tawanan yang masih berada di Gaza sekitar 97 orang, termasuk 34 orang yang menurut militer Israel telah tewas.
Lebih dari 100 tawanan dibebaskan dalam gencatan senjata selama seminggu pada November lalu.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel