Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Israel Ingin Rusia Jadi Mediator Perdamaian dalam Perang Lawan Hizbullah, Ini Respons Moskow

Israel yang selama ini condong ke AS mulai mencari opsi lain dengan memanfaatkan kedekatan Rusia ke Iran untuk perdamaian dalam perang lawan Hizbullah

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Israel Ingin Rusia Jadi Mediator Perdamaian dalam Perang Lawan Hizbullah, Ini Respons Moskow
MNA/screenshot
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sebulan setelah agresi Militer darat Tentara Israel ke Lebanon Selatan, Israel dilaporkan meminta Rusia untuk jadi mediator perdamaia dengan Hizbullah. 

Sebagai informasi, dalam wawancara sebelumnya dengan jurnalis Tucker Carlson, Trump telah membantah klaim Partai Demokrat AS kalau ia memiliki hubungan dengan Rusia, mengingat kalau dia lah yang memblokir pembangunan pipa gas Nord Stream 2.

"Fitur utama kerja sama kami dengan China adalah bahwa hal itu tidak diarahkan terhadap negara-negara ketiga, itu ditujukan semata-mata untuk kepentingan rakyat kedua negara kami," katanya.

Peskov kemudian berbicara soal dukungannya terhadap gugatan Dialog Organisasi Nirlaba Otonomi Rusia terhadap Biro Investigasi Federal AS (FBI).

Dia beralasan, tidak ada banyak harapan untuk sikap yang tidak bias dari pihak pengadilan AS.

“Hak harus dipertahankan dengan segala cara hukum. ... Tetapi dapat diasumsikan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi bahwa dalam kasus-kasus seperti itu, pengadilan Amerika akan segera mulai kehilangan ketidakberpihakan, keseimbangan, dan keadilan mereka. Mereka akan melupakan prinsip-prinsip ini. Oleh karena itu, tidak ada harapan besar untuk kemungkinan pertimbangan yang benar-benar tidak bias dari kasus-kasus seperti itu di pengadilan Amerika," katanya.

Beralih ke pemilihan presiden di Moldova, Peskov menolak tuduhan adanya campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden Moldova.

 “Kami sangat menolak tuduhan bahwa kami entah bagaimana ikut campur dalam hal ini, kami tidak melakukan ini,” kata dia.

Berita Rekomendasi

Pada 20 Oktober, Rakyat Moldova menuju ke tempat pemungutan suara untuk memilih pada pemilihan presiden, di mana Presiden petahana Maia Sandu, yang dipandang pro-Barat, mencari masa jabatan kedua.

Sandu menerima kurang dari 50 persen suara, membuka jalan untuk limpasan pada 3 November.

 

 

(oln/MNA/Anews/*)

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas