Militer Israel Bantah Serang Klinik Sheikh Radwan di Gaza saat Kampanye Vaksinasi Polio
Militer Israel membantah bertanggung jawab atas serangan terhadap klinik Sheikh Radwan di Gaza saat kampanye vaksinasi Polio.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Militer Israel membantah telah menyerang klinik Sheikh Radwan di Gaza saat kampanye vaksinasi Polio.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Dr Munir al-Boursh mengatakan sebuah drone menyerang klinik Sheikh Radwan di Kota Gaza pada Sabtu (2/11/2024).
Eskalasi terjadi hanya beberapa menit setelah delegasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meninggalkan fasilitas tersebut.
Para pejabat Palestina mengatakan serangan pesawat nirawak Israel terhadap sebuah klinik di Gaza utara tempat anak-anak divaksinasi polio melukai enam orang, empat di antaranya adalah anak-anak.
Militer Israel membantah bertanggung jawab, VOA melaporkan.
Kantor berita Associated Press menyatakan tidak mungkin untuk mengklarifikasi laporan yang saling bertentangan tersebut.
Israel telah melakukan serangan lain di sana dalam beberapa minggu terakhir, yang telah menewaskan ratusan orang dan membuat puluhan ribu orang mengungsi.
Pasukan Israel telah berulang kali menyerbu rumah sakit di Gaza selama perang, dengan alasan Hamas menggunakannya untuk tujuan militan, tuduhan yang dibantah oleh pejabat kesehatan Palestina.
Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Nadav Shoshani mengatakan bahwa bertentangan dengan klaim tersebut, tinjauan awal memastikan bahwa (militer Israel) tidak menyerang di daerah tersebut pada waktu yang dilaporkan.
Baca juga: Bagaimana Nasib Gaza dan Ukraina di Tangan Donald Trump atau Kamala Harris?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan PBB untuk anak-anak (UNICEF) yang bersama-sama melaksanakan kampanye vaksinasi polio, menyatakan keprihatinan atas laporan serangan tersebut.
Kampanye berskala kecil untuk memberikan dosis kedua vaksin polio dimulai Sabtu di beberapa bagian Gaza utara.
"Kampanye tersebut telah ditunda dari 23 Oktober karena kurangnya akses, pemboman Israel dan perintah evakuasi massal, dan kurangnya jaminan untuk jeda kemanusiaan," kata pernyataan PBB.
Setidaknya 100.000 orang terpaksa mengungsi dari wilayah Gaza utara menuju Kota Gaza dalam beberapa minggu terakhir.
Akan tetapi sekitar 15.000 anak di bawah usia 10 tahun masih berada di kota-kota utara, termasuk Jabaliya, Beit Lahiya, dan Beit Hanoun, yang tidak dapat diakses, menurut PBB.