Jelang Pemilu AS, Taiwan Laporkan Peningkatan Aktivitas Militer China
Di saat warga Amerika menyambut emilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS), Taiwan melaporkan peningkatan aktivitas militer China.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Febri Prasetyo
Beijing menyebut aktivitas tersebut sebagai peringatan terhadap "tindakan separatis" yang menuai kecaman dari pemerintah AS dan Taiwan.
Tiongkok sangat tidak menyukai Presiden Taiwan Lai Ching-te, yang mulai menjabat pada Mei lalu, dengan mengatakan Lai adalah seorang "separatis."
Lai mengatakan hanya rakyat Taiwan sendirilah yang dapat memutuskan masa depan mereka dan ia berulang kali menawarkan pembicaraan dengan Beijing, namun tawaran itu ditolak.
Pemilihan Presiden Amerika Serikat
Pemilu AS hanya melibatkan dua partai besar, yakni Partai Republik dan Partai Demokrat, meski tidak tertutup kemungkinan adanya kandidat jalur independen.
Partai Republik mengusung mantan Presiden AS Donald Trump dan JD Vance, sedangkan dari Partai Demokrat diwakili oleh Wakil Presiden AS Kamala Harris dan Tim Walz.
Sebuah majalah yang berafiliasi dengan Xinhua menggambarkan pemilu Amerika Serikat ini sebagai "tanpa harapan".
Sebab, kata laporan tersebut, pada akhirnya diputuskan oleh "kekuatan tak terlihat" seperti Wall Street.
Beberapa blogger nasionalis telah menerbitkan video dan unggahan yang terkadang dengan gembira memainkan apa yang mereka gambarkan sebagai potensi "perang saudara" Amerika pascapemilu, retorika yang digaungkan dalam obrolan di platform media sosial Weibo, yang sangat disensor dan sebagian besar didominasi oleh suara-suara nasionalis.
Dikutip dari Al Jazeera, lebih dari 82 juta warga Amerika telah memberikan suaranya, demikian menurut penghitungan oleh Laboratorium Pemilu Universitas Florida.
Baik kubu Harris maupun Trump mendesak para pendukung yang mungkin belum memberikan suara untuk memastikan mereka memberikan suara pada Hari Pemilihan.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)