Iran: Kemenangan Donald Trump Kesempatan bagi AS untuk Merevisi Kebijakan yang Salah di Masa Lalu
Iran mengatakan akan menilai pemerintahan baru AS berdasarkan kebijakan dan pendekatannya setelah Donald Trump memenangkan pemilihan presiden
Editor: Muhammad Barir
Iran: Kemenangan Donald Trump Kesempatan bagi AS untuk Merevisi Kebijakan yang Salah di Masa Lalu
TRIBUNNEWS.COM- Iran mengatakan akan menilai pemerintahan baru AS berdasarkan kebijakan dan pendekatannya setelah Donald Trump memenangkan pemilihan presiden pada hari Rabu (6/11/2024).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Esmaeili Baghaei mengatakan pada hari Kamis bahwa kemenangan Donald Trump adalah kesempatan bagi Amerika Serikat untuk menilai kembali "kebijakan yang salah" di masa lalu.
AS, di bawah presiden Donald Trump saat itu, secara sepihak menarik diri pada tahun 2018 dari perjanjian nuklir yang ditandatangani pada tahun 2015 dengan Iran dan menjatuhkan serangkaian sanksi kejam terhadap Republik Islam tersebut.
"Kami memiliki pengalaman yang sangat pahit dengan kebijakan dan pendekatan berbagai pemerintah AS di masa lalu," kata Baghaei seperti dikutip kantor berita IRNA.
"Hasil pemilu adalah kesempatan untuk meninjau dan merevisi pendekatan yang salah di masa lalu," tambahnya.
Baca juga: Netanyahu Langsung Tancap Gas Bahas Iran setelah Donald Trump Menang Pilpres AS 2024
Baghaei menegaskan kembali posisi Iran sebelumnya bahwa hasil pemilu AS tidak berdampak apa pun bagi Republik Islam.
"Pilihan presiden Amerika merupakan tanggung jawab rakyat negeri itu, dan kini rakyat Amerika telah menentukan pilihannya," katanya.
"Yang penting bagi Iran adalah kinerja pemerintah Amerika sebagai kriteria evaluasi," tambahnya.
Pada hari Rabu, juru bicara Pemerintah Iran Fatemeh Mohajerani juga mengatakan kepada wartawan di Teheran bahwa Iran tidak melihat adanya perbedaan antara Trump dan pesaingnya dari Partai Demokrat, Kamala Harris.
"Pemilihan presiden AS tidak ada hubungannya dengan kami. Kebijakan umum AS dan Iran bersifat konstan," katanya.
"Tidak masalah siapa yang menjadi presiden di Amerika Serikat karena semua perencanaan yang diperlukan telah dibuat sebelumnya," kata Mohajerani, menjelaskan bahwa Iran siap menghadapi sanksi baru apa pun.
"Pada dasarnya, kami tidak melihat adanya perbedaan antara kedua orang ini [Trump dan Harris]. Sanksi telah memperkuat kekuatan internal Iran dan kami memiliki kekuatan untuk menghadapi sanksi baru," jelasnya lebih lanjut.
Dalam kebangkitan politik yang mencengangkan dengan konsekuensi yang tak terduga bagi dunia, Trump resmi menjadi presiden AS ke-47 pada hari Rabu setelah memenangkan mayoritas suara Electoral College. Sejauh ini, Trump telah memenangkan 295 suara elektoral dan Harris 226.
Ia mengamankan masa jabatan kedua yang tidak berturut-turut hampir empat tahun setelah ia meninggalkan Gedung Putih menyusul kekalahan besar dari pesaingnya dari Partai Demokrat, Joe Biden.
SUMBER: Press TV