Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemerintah Iran Wacanakan Aktivis Wanita yang Menolak Mandat Berhijab Dikirim ke Klinik Kejiwaan

Pemerintah Iran kembali buat wacana kebijakan yang menuai kontroversi bagi kaum perempuan dengan pembukaan klinik kejiwaan bagi penentang mandat hijab

Penulis: Bobby W
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Pemerintah Iran Wacanakan Aktivis Wanita yang Menolak Mandat Berhijab Dikirim ke Klinik Kejiwaan
AFP
Ratusan perempuan Iran bergabung dalam unjuk rasa di Teheran, Jumat (16/5/2014), menuntut pemerintahan Presiden Hassan Rohani lebih tegas soal penggunaan hijab saat perempuan berada di ruang publik. Pemerintah Iran kembali buat wacana kebijakan yang menuai kontroversi bagi kaum perempuan dengan pembukaan klinik kejiwaan bagi penentang mandat hijab 

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Iran kembali membuat wacana kebijakan yang menuai kontroversi bagi warganya khususnya pada kaum perempuan.

Hal ini terjadi setelah pihak pemerintah mewacanakan pembukaan fasilitas klinik kejiwaan khusus bagi kaum wanita yang menentang dan melanggar undang-undang wajib berhijab di tempat umum.

Dikutip dari NDTV, wacana tersebut disampaikan Mehri Talebi Darestani, selaku kepala Departemen Wanita dan Keluarga Iran.

Pengumuman pembukaan "klinik perawatan bagi penentang aturan hijab" ini disebut Mehri bakal menawarkan sejumlah perawatan ilmiah dan psikologis bagi mereka yang menentang mandat tersebut.

"Pendirian  fasilitas ini ditujukan guna memberikan perawatan ilmiah dan psikologis untuk mereka yang menentang aturan hijab" ungkap Mehdi pada Selasa (12/11/2024).

"Fasilitas ini didirikan khususnya untuk generasi remaja, dewasa muda, dan wanita yang masih mencari identitas sosial dan Islam dalam dirinya" lanjutnya Talebi seperti yang dikutip dalam laporan Iran International.

Operasional fasilitas tersebut nantinya akan dibawahi Departemen Wanita dan Keluarga yang kewenangannya berada langsung di bawah tangan pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei.

Berita Rekomendasi

Badan ini dilaporkan bertanggung jawab untuk menetapkan dan menegakkan standar agama yang ketat di Iran, terutama yang berkaitan dengan pakaian wanita.

Pengumuman ini muncul beberapa minggu setelah seorang mahasiswi di salah satu kampus di Teheran menanggalkan pakaian atasnya hingga menyisakan busana pakaian dalam saja.

Ratusan perempuan Iran bergabung dalam unjuk rasa di Teheran, Jumat (16/5/2014), menuntut pemerintahan Presiden Hassan Rohani lebih tegas soal penggunaan hijab saat perempuan berada di ruang publik.
Ratusan perempuan Iran bergabung dalam unjuk rasa di Teheran, Jumat (16/5/2014), menuntut pemerintahan Presiden Hassan Rohani lebih tegas soal penggunaan hijab saat perempuan berada di ruang publik. (AFP)

Aksi ini dilakukannya sebagai protes terhadap perlakuan keras dalam penegakkan aturan kode pakaian.

Imbas aksinya tersebut, sang pelaku kemudian ditangkap dan dikirim ke rumah sakit jiwa untuk perawatan kesehatan mental.

Baca juga: New York Times: Elon Musk Temui Duta Besar Iran, Bahas Upaya Redakan Ketegangan AS-Iran

Berita tentang klinik baru ini pun memicu ketakutan dan kemarahan bagi sejumlah aktivis wanita di Iran.

Berbicara kepada *The Guardian* dengan syarat anonim, seorang wanita muda dari Iran mengatakan, "Ini bukan klinik, ini akan menjadi penjara."

"Kami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sering mengalami pemadaman listrik, namun sepotong kain itulah yang menjadi perhatian negara ini. Jika ada waktu bagi kita semua untuk kembali ke jalanan, itu adalah sekarang atau mereka akan mengurung kita semua," ujarnya.

Menurut pengacara hak asasi manusia Iran, Hossein Raeesi, ide klinik untuk merawat wanita yang tidak mematuhi undang-undang hijab adalah "tidak islami dan tidak sesuai dengan hukum Iran."

Berbicara kepada The Guardian, Sima Sabet, seorang jurnalis asal Iran yang berbasis di Inggris yang menjadi target percobaan pembunuhan oleh Iran tahun lalu, mengatakan bahwa langkah ini adalah hal yang "memalukan."

"Konsep mendirikan klinik untuk 'mengobati' wanita yang tidak mengenakan hijab sangat menakutkan, di mana orang dipisahkan dari masyarakat hanya karena tidak mengikuti ideologi yang berkuasa," katanya.

(Tribunnews.com/Bobby)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas