Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Deplu AS: Lebih dari 11.000 Tentara Korea Utara Beroperasi di Wilayah Kursk Rusia

Departemen Luar Negeri AS mengatakan lebih dari 11.000 tentara Korea Utara kini beroperasi di wilayah Kursk Rusia.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Deplu AS: Lebih dari 11.000 Tentara Korea Utara Beroperasi di Wilayah Kursk Rusia
Tangkapan layar Telegram Скриншот відео/95 ОДШБр via The Voice of Ukraine
Pasukan Ukraina berhasil menghalau serangan musuh di Oblast Kursk. Departemen Luar Negeri AS mengatakan lebih dari 11.000 tentara Korea Utara kini beroperasi di wilayah Kursk Rusia. 

TRIBUNNEWS.COM - Departemen Luar Negeri AS mengatakan lebih dari 11.000 tentara Korea Utara kini beroperasi di wilayah Kursk Rusia.

Baru minggu lalu dilaporkan kalau tentara Korea Utara yang diterjunkan untuk membantu Rusia bertempur dengan Ukraina berjumlah 10.000.

"Sekarang ada lebih dari 11.000 tentara Korea Utara yang terlibat dalam operasi tempur Rusia melawan Ukraina di wilayah Kursk Rusia," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, dikutip dari CNN.   

Kursk adalah wilayah Rusia selatan tempat Kyiv melancarkan serangan balasan pada musim panas, dalam upaya untuk merebut kembali wilayahnya.

Dalam perkembangan lain terkait situasi perang Rusia di Ukraina, Presiden AS Joe Biden baru saja mengumumkan kalau Washington mengizinkan Ukraina menggunakan senjata dari AS untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia.

Keputusan ini dinilai sebagai tanggapan setelah pengerahan pasukan Korea Utara ke Kursk.

"ATACMS yang disediakan AS tersebut dimaksudkan untuk digunakan terutama di wilayah Kursk," kata seorang pejabat AS, dikutip dari CNN.

Berita Rekomendasi

Juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller tidak mau mengonfirmasi secara resmi bahwa AS telah mengubah kebijakannya untuk mengizinkan serangan jarak jauh.

"Bila Anda melihat peningkatan konflik ini, Rusia-lah yang telah meningkatkan konflik berkali-kali," kata Miller, sambil menunjuk pada peningkatan jumlah tentara Korea Utara.

Sedangkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan minggu lalu bahwa AS akan terus “beradaptasi dan menyesuaikan” kebijakannya.

"Setiap bulan sejak agresi Rusia, kami terlibat dalam pertahanan Ukraina, kami beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan Ukraina seiring dengan perubahan medan perang, perubahan tindakan Rusia, dan masuknya unsur-unsur baru — misalnya, pasukan Korea Utara," katanya dalam sambutan di NATO.

Baca juga: Pentagon Konfirmasi Lebih Dari 11.000 Tentara Korea Utara Terkonsentrasi di Kursk

Dikutip dari Reuters, Kyiv telah mengindikasikan pihaknya ingin menggunakan Storm Shadows terhadap pangkalan udara yang digunakan untuk melancarkan serangan terhadap Ukraina, bukan di Kursk.

Gedung Putih dan Downing Street menolak berkomentar.

Menanggapi pencabutan larangan ini, Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada Senin ini (18/11/2024) menanggapi dengan mengecam keras pemerintah AS.

Dalam pernyataannya, Kremlin mengeluarkan peringatan keras terkait keputusan Biden yang mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk melakukan serangan ke dalam wilayah Rusia.

Peskov memperingatkan bahwa langkah dari Joe Biden tersebut dapat memperburuk ketegangan dan meningkatkan keterlibatan AS dalam konflik.

Jubir Rusia itu juga menuduh kebijakan Biden ini telah memperburuk situasi.

Ia menyebut langkah tersebut sebagai tindakan yang "menambah bahan bakar ke dalam api," sehingga semakin memperumit konflik di Ukraina.

Berikut hal-hal yang perlu Anda ketahui mengenai perubahan kebijakan AS dalam perang Rusia-Ukraina:

  1. Tujuan penggunaan senjata

    Keputusan Biden muncul saat Moskow telah mengerahkan hampir 50.000 tentara ke Kursk, wilayah Rusia selatan tempat Kyiv melancarkan serangan balasan mendadak pada musim panas, untuk bersiap merebut kembali wilayah tersebut.

    "Senjata tersebut dimaksudkan untuk digunakan terutama di Kursk untuk saat ini," kata seorang pejabat AS.

    Rusia berusaha menyingkirkan Kursk dari meja perundingan sebagai alat tawar-menawar potensial bagi Ukraina dalam setiap perundingan perdamaian di masa mendatang.

  2. Tentang senjata tersebut

    Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat, atau ATACMS adalah rudal balistik supersonik yang dapat menyerang lebih jauh ke Rusia daripada rudal Ukraina lainnya.

    Tidak jelas berapa banyak ATACMS yang dimiliki Kyiv.

    Institut Studi Perang memperkirakan bahwa sekitar 250 sasaran militer Rusia berada dalam jangkauan ATACMS Ukraina.

  3. Apa yang dikatakan Rusia?

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan langkah tersebut menunjukkan bahwa pemerintahan Biden "ingin menambah bahan bakar dan meningkatkan konflik di Ukraina."

    Peskov mengulangi pernyataan yang dibuat oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada bulan September, di mana ia mengatakan bahwa mengizinkan Ukraina menggunakan senjata AS di dalam wilayah Rusia "akan berarti bahwa negara-negara NATO — Amerika Serikat dan negara-negara Eropa — sedang berperang dengan Rusia."

  4. Apa yang dikatakan Ukraina?

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa "rudal akan berbicara sendiri."

    Ia juga mengatakan "kemampuan jarak jauh bagi tentara kita" adalah bagian penting dari "Rencana Kemenangan"-nya untuk memenangkan perang. Presiden Ukraina telah meminta izin kepada AS untuk menggunakan senjatanya guna menyerang wilayah Rusia.

  5. Perkembangan lain

    Setidaknya delapan orang tewas dan 39 lainnya cedera setelah serangan rudal Rusia di kota Odesa, Ukraina selatan, kata para pejabat.

    Zelensky bertemu dengan pasukan yang mempertahankan Pokrovsk, kota strategis utama di wilayah Donbas timur negara itu.

    Kunjungan Zelensky dilakukan saat pasukan Rusia memberikan tekanan hebat di garis depan timur Ukraina.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas