Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kapal Induk AS Minggat dari Timur Tengah, Israel Tanpa Beking, Strategi Iran Sukses?

Untuk kedua kalinya dalam setahun, kawasan Timur Tengah tanpa keberadaan kapal induk AS sama sekali. Israel tanpa beking saat Iran menyerang?

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Kapal Induk AS Minggat dari Timur Tengah, Israel Tanpa Beking, Strategi Iran Sukses?
MNA/screenshot
Kapal Induk Amerika Serikat USS Abraham Lincoln (CVN-72) dilaporkan telah meninggalkan Timur Tengah, menandai kedua kalinya dalam lebih dari setahun tidak ada kapal induk Angkatan Laut AS yang hadir di kawasan tersebut. 

Kapal Induk AS Minggat dari Timur Tengah, Israel Tanpa Beking, Strategi Iran Sukses?

TRIBUNNEWS.COM - Kapal Induk Amerika Serikat (AS), USS Abraham Lincoln (CVN-72) dilaporkan meninggalkan kawasan Timur Tengah, Selasa (19/11/2024).

Kepergian USS Abraham Lincoln menandai untuk kedua kalinya dalam lebih dari setahun tidak ada kapal induk Angkatan Laut AS yang hadir di kawasan tersebut.

Ini artinya, Israel yang selama ini diproteksi AS dari potensi serangan Iran, bakal lebih rentan karena tak ada beking pendukung.

Baca juga: Kami Kehabisan Misil, Kala Pilot Jet F-15 AS Tak Menyangka Serangan Iran Sangat Besar ke Israel

"USS Abraham Lincoln (CVN-72) yang menjadi bagian dari satuan tugas Armada ke-7 AS, meninggalkan Timur Tengah. Ini menjadi kali kedua dalam lebih dari setahun tak ada kapal induk AS di kawasan Timur Tengah," demikian yang dilaporkan USNI News.

Diketahui, kelompok tempur kapal induk Harry S Truman AS saat ini berada di Atlantik Timur dalam perjalanan menuju Laut Mediterania. 

"Kelompok tempur kapal induk tersebut kemungkinan akan melakukan perjalanan ke Komando Pusat AS sebagai bagian dari misi perlindungan pelayaran niaga lanjutan, Operasi Prosperity Guardian," kata laporan itu dikutip MNA, Selasa.

Berita Rekomendasi

Operasi Prosperity Guardian yang dimaksud adalah upaya AS dan sekutu Baratnya, termasuk Inggris, Jerman, Italia, dan Prancis, membuka blokade Laut Merah yang dilakukan gerakan Ansarallah Houthi di Yaman.

Houthi menyatakan, blokade Laut Merah melarang setiap kapal berentitas Israel, dari dan ke pelabuhan negara pendudukan tersebut untuk melintas, sebagai upaya mendukung perjuangan Palestina melawan agresi Israel

Terakhir kali entitas AS meninggalkan Timur Tengah tanpa menyisakan kelompok kapal induk adalah pada bulan Juni ketika USS Dwight D. Eisenhower (CVN-69) memasuki Mediterania sementara USS Theodore Roosevelt (CVN-73) ditarik menuju markas besar mereka, CENTCOM.

Kedatangan USS Theodore Roosevelt pada bulan Juni itu memungkinkan kelompok Kapal Induk Dwight D Eisenhower meninggalkan Timur Tengah setelah tujuh bulan bertugas.

Kelompok Kapal Induk USS Abraham Lincoln tiba di Timur Tengah pada bulan Agustus, bergabung dengan Kelompok Kapal Induk USS Theodore Roosevelt sebelum kembali pergi pada bulan September.

Disebut kelompok (Strike Group) lantaran formasi angkatan laut AS menyertakan sejumlah kapal perang untuk mengawal kapal induknya, termasuk skuadron tempur jet sebagai perlindungan.

Kapal Induk Amerika Serikat USS Abraham Lincoln (CVN-72) dilaporkan telah meninggalkan Timur Tengah, menandai kedua kalinya dalam lebih dari setahun tidak ada kapal induk Angkatan Laut AS yang hadir di kawasan tersebut.
Kapal Induk Amerika Serikat USS Abraham Lincoln (CVN-72) dilaporkan telah meninggalkan Timur Tengah, menandai kedua kalinya dalam lebih dari setahun tidak ada kapal induk Angkatan Laut AS yang hadir di kawasan tersebut. (MNA/screenshot)

Digempur Houthi, Taktik Iran Sukses?

Belum dijelaskan alasan kepergian USS Abraham Lincoln dari Timur Tengah tersebut, namun diduga mereka kembali untuk mengisi ulang persenjataan dan logistik setelah berbulan-bulan menjalankan operasional tempur.

Sejumlah analis menilai, ini terkait dengan strategi perang atrisi yang dilakukan Iran.

Dalam konfliknya dengan Israel, Iran paham betul kalau negara Yahudi tersebut mendapat dukungan penuh dari AS.

Strategi atrisi yang dimaksud adalah Iran menguras secara perlahan sumber daya tempur sekutu Israel dengan menggunakan serangan-serangan yang dijalankan proksi-proksi mereka di kawasan.

Sejumlah serangan besar Houthi ke pihak militer AS, diakui membuat operasional militer Amerika 'berkeringat'.

Dalam insiden pekan lalu, Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) yang dikenal dengan sebutan Penatagon, mengakui serangan dari tentara Yaman terafiliasi gerakan Houthi terhadap dua kapal perang Amerika yang melewati selat Bab al-Mandab, Laut Merah dengan drone dan rudal.

Juru bicara Pentagon Patrick Ryder mengatakan kepada wartawan pada Selasa (12/11/2024) malam kalau kapal perusak AS diserang oleh setidaknya delapan drone satu arah, delapan rudal balistik, terdiri dari lima rudal balistik anti-kapal dan tiga rudal jelajah anti-kapal.

Baca juga: Proksi Iran Serentak Serang Israel, Rudal Hipersonik Yaman ke Nevatim, Hizbullah Incar Stella Maris

Namun dia mengklaim kalau kapal perusak AS membalas serangan itu dan tidak ada kerusakan yang terjadi pada kapal.

Dia mengklaim, tidak ada personel yang terluka atas serbuan militer Yaman terafiliasi Houthi tersebut.

Sebelumnya pada Selasa, Brigadir Jenderal Yahya Saree, juru bicara angkatan bersenjata Yaman, mengumumkan kalau tiga kapal Angkatan Laut AS menjadi sasaran di Laut Merah dan Samudra Hindia dengan sejumlah rudal balistik dan jelajah serta drone.

Saree mengatakan kalau operasi yang berlangsung selama delapan jam, berhasil mencapai tujuannya.

Menurut jaringan Al-Masira, Saree, mengumumkan dalam hal ini bahwa sebagai tanggapan atas agresi Amerika Serikat dan Inggris di Yaman dan dukungan berkelanjutan dari rakyat Palestina dan Lebanon.

"Unit rudal dan drone dari angkatan bersenjata Yaman, dengan bantuan Tuhan Yang Maha Kuasa melakukan operasi militer khusus yang menargetkan kapal induk AS (Abraham) yang terletak di Samudra Hindia.

Serangan Amerika Serikat dan Inggris menargetkan kamp-kamp milik milisi Houthi di provinsi Sanaa dan Saada di Yaman, yang berada di bawah kendali Houthi pada Kamis (17/10/2024).
Serangan Amerika Serikat dan Inggris menargetkan kamp-kamp milik milisi Houthi di provinsi Sanaa dan Saada di Yaman, yang berada di bawah kendali Houthi pada Kamis (17/10/2024). (X)

AS-Inggris Bombardir Yaman

Apa yang disebut Saree sebagai balasan agresi AS-Inggris itu satu di antaranya terjadi saat Pasukan Amerika Serikat (AS) dan Inggris dilaporkan menyerbu ibu kota Yaman, Sanaa, Minggu (10/11/2024).

TV Al Masirah yang berafiliasi dengan Houthi melaporkan, pasukan AS dan Inggris menyasar fasilitas penyimpanan Houthi.

Selain fasilitas yang terletak di Provinsi Amran tersebut, AS-Inggris juga meluncurkan serangan ke wilayah lain.

Para pejabat AS telah mengonfirmasi peluncuran serangan tersebut.

"Pasukan AS melakukan serangan udara bertubi-tubi terhadap fasilitas penyimpanan senjata Houthi yang berisi berbagai senjata konvensional canggih yang digunakan untuk menargetkan kapal-kapal militer dan sipil yang berlayar di perairan internasional di seluruh Laut Merah dan Teluk Aden."

Pasukan AS dan Inggris telah menyerang posisi Houthi di Yaman, sebagai tanggapan atas serangan kelompok pemberontak terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden.

Houthi, yang menguasai Yaman utara mengatakan, serangan mereka adalah bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Gaza.

Serangan AS yang dinyatakan Houthi sebagai agresi ini secara logis, justru menguras kemampuan tempur, termasuk amunisi pihak AS yang digunakan untuk kepentingan menjaga Israel.

Akankah kepergian USS Abraham Lincoln dari Timur Tengah ini menjadi peluang Iran untuk membalas serangan Israel?

Waktu yang akan menjawab.

 

(oln/mna/*)

 

 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas