Putin Kirim Beruang hingga Singa Langka untuk Kim Jong Un, Hubungan Rusia-Korut Makin Mesra
Presiden Rusia Vladimir Putin mengirimkan 70 hewan langka termasuk diantaranya sepasang beruang coklat dan seekor singa afrika untuk Korea Utara
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Dalam beberapa waktu terakhir, hubungan antara Rusia dan Korea Utara semakin meningkat, terlihat dari berbagai langkah yang diambil oleh kedua negara.
Salah satu yang mencuri perhatian adalah pengiriman hewan langka dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, kepada pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
Terbaru, Putin mengirimkan sekitar 70 hewan langka ke Korea Utara, yang di antaranya termasuk sepasang beruang coklat dan seekor singa Afrika.
Selain itu, pengiriman ini juga mencakup dua yak, lima kakatua, dan puluhan burung pegar serta bebek mandarin.
Mengutip dari BBC International, pengiriman hewan-hewan tersebut dilakukan melalui pesawat kargo yang juga membawa dokter hewan dari kebun binatang Moskow untuk memastikan proses pemindahan hewan ke kebun binatang di Pyongyang berjalan lancar.
Menurut Alexander Kozlov, Menteri Sumber Daya Alam Rusia, hewan-hewan ini dihibahkan sebagai hadiah dari Putin untuk rakyat Korea Utara.
Ini bukanlah pengiriman pertama, sebelumnya pada bulan April lalu, Rusia diketahui turut memberikan elang dan berbagai jenis burung lainnya untuk kebun binatang di Korea Utara.
Sejumlah analis berpendapat, pengiriman hewan langka ini bukan sekadar simbol persahabatan, tetapi juga mencerminkan hubungan strategis yang semakin erat antara kedua negara.
Bagaimana Penguatan Hubungan antara Rusia dan Korea Utara Terjadi?
Hubungan mesra ini mulai menonjol setelah Kim Jong Un menandatangani dekrit untuk meratifikasi Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif dengan Rusia.
Sejak saat itu, Kim semakin terbuka dalam memuji hubungan dengan Rusia, bahkan menyebutkan bahwa pakta militer tersebut mirip dengan aliansi.
Kedua negara sepakat untuk saling memberikan bantuan militer tanpa penundaan jika salah satu dari mereka diserang oleh negara ketiga.
Baca juga: WSJ: Korea Utara Kirim Jenderal Misterius untuk Pimpin Prajuritnya di Rusia
Kim Jong Un juga mengungkapkan dukungan penuh kepada pemerintah dan rakyat Rusia.
Sebagai bentuk dukungan, Korea Utara telah mengirimkan sekitar 10.000 pasukan untuk membantu Rusia dalam perangnya melawan Ukraina.
Selain pasukan tempur, Korea Utara juga mengirimkan sejumlah jenderal untuk membantu strategi militer Rusia.
Hal ini memicu kontroversi di kalangan publik, yang menuduh Kim Jong Un menjadikan pasukannya sebagai "martir perang" dalam konflik yang dianggap ilegal.
Meskipun ada stigma negatif yang melingkupi pengiriman pasukan ke Rusia, banyak prajurit Korea Utara justru merasa bangga dan terhormat dapat terlibat dalam misi ini.
Mereka melihat kesempatan ini sebagai pengalaman langka dan kesempatan untuk melihat serta mencoba berbagai alat tempur canggih milik militer Rusia.
Menyusul kehadiran mereka di Rusia, para prajurit tersebut juga dilaporkan mendapatkan perlakuan istimewa dan merasa dihargai, yang membuat mereka merasa terpilih di antara banyak tentara Korea Utara lainnya.
Menurut Lee Woonggil, seorang jurnalis yang mengutip dari AP News, para prajurit merasa misi ini dapat menjadi kesempatan yang menguntungkan secara finansial, dengan pemerintah Rusia menjanjikan bayaran sebesar 2.000 dollar AS (sekitar Rp 31 juta) per bulan bagi mereka yang bersedia ditugaskan ke Kursk.
Dengan adanya dukungan militer maupun non-militer yang saling diberikan, kedua negara tampaknya semakin berkomitmen untuk bekerja sama di tengah situasi geopolitik yang rumit.
Hubungan yang terbina ini, meskipun kontroversial, menunjukkan betapa pentingnya aliansi dalam arena politik global saat ini.
(Tribunnews.com/Namira Yunia)