Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gak Kapok-kapok, Rusia Latih Pasukan di Area Terbuka: Tentaranya Jadi Serpihan Kena HIMARS Ukraina

Sekitar selusin tentara Rusia turun dari mobil sipil di Oblast Zaporizhzhia, Ukraina selatan, tanpa menyadari mereka diawasi rudal Ukraina

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Gak Kapok-kapok, Rusia Latih Pasukan di Area Terbuka: Tentaranya Jadi Serpihan Kena HIMARS Ukraina
tangkap layar twitter
Tangkap layar video yang menunjukkan peserta pelatihan militer Rusia di area terbuka di wilayah Oblast terkena serangan rudal HIMARS Ukraina, Kamis (21/11/2024). 

Gak Kapok-Kapok, Rusia Terus Latih Pasukan di Area Terbuka: Tentaranya Jadi Serpihan Kena HIMARS Ukraina

TRIBUNNEWS.COM - Serangan roket Ukraina terhadap peserta pelatihan Rmiliter usia di wilayah pendudukan telah menewaskan atau melukai ratusan personel Rusia dalam sembilan bulan terakhir. 

Meskipun mengalami kerugian berulang kali, komandan pasukan Rusia terus mengumpulkan pasukan di lokasi yang terbuka dan rentan dalam jangkauan senjata presisi Ukraina.

Baca juga: Pantas Rusia Mengamuk, Storm Shadow Ukraina yang Dipasok Inggris Rupanya Hantam Bunker Putin

Pada Kamis (21/11/2024) kemarin, sekitar selusin tentara Rusia turun dari mobil van sipil di Zaporizhzhia Oblast, Ukraina selatan, tanpa menyadari bahwa mereka sedang diawasi Ukraina

Beberapa saat kemudian, Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS), yang ditempatkan hingga 92 km jauhnya, meluncurkan satu roket M30/31, menurut laporan Forbes, dikutip Sabtu (23/11/2024).

Roket itu mendarat di dekat kelompok itu, menyebabkan mereka tewas menjadi serpihan atau justru terkena serpihan-serpihan mematikan dari ledakan.

Serangan itu dilaporkan menyebabkan sedikitnya lima tentara Rusia tewas atau terluka parah. 

Berita Rekomendasi

Pasukan Ukraina menahan diri untuk tidak melakukan serangan susulan "double-tap" - taktik yang digunakan sebelumnya di Zaporizhzhia yang dilaporkan menewaskan puluhan korban yang sebelumnya selamat dari serangan pertama. 

Baca juga: Rusia Bayar Korea Utara Pakai Satu Juta Barel Minyak untuk Senjata dan Pasukan Lawan Ukraina

Meski begitu, jumlah korban di kalangan peserta pelatihan Rusia terus bertambah.

Sejak Februari, delapan serangan serupa di Zaporizhzhia dan Donetsk Oblast telah menewaskan ratusan warga Rusia. Para analis mengatakan keputusan untuk melakukan pelatihan di daerah yang rentan dekat dengan garis depan merupakan cerminan dari kegagalan kepemimpinan militer Rusia yang terus-menerus.

Kerentanan ini mengungkap pemboman terkenal di Chornobaivka, dekat Kherson, di mana pasukan Ukraina menargetkan pos komando Rusia 22 kali selama delapan bulan.

"Beberapa pihak berpendapat bahwa pengalaman Rusia di Chornobaivka dan di tempat lain dapat dijelaskan oleh ketidakmampuan Rusia dalam mengatasi tantangan dalam profesionalisme, pelatihan, dan komunikasi," ungkap perwira Angkatan Darat AS dalam artikel Tinjauan Militer tahun 2023. 

Terus berlanjutnya paparan para peserta pelatihan terhadap serangan mematikan menunjukkan tantangan sistemik ini masih belum terselesaikan oleh militer Rusia.

Pasukan Ukraina meluncurkan roket HIMARS dari peluncurnya
Pasukan Ukraina meluncurkan roket HIMARS dari peluncurnya (Kementerian Pertahanan Ukraina)

Incar Komandan Militer, Jenderal Rusia Tewas

Adapun Ukraina telah meningkatkan fokusnya untuk mengganggu sistem komando Rusia

Setelah mendapat otorisasi dari AS, Inggris, dan Prancis untuk menyerang wilayah Rusia menggunakan amunisi Barat, pasukan Ukraina melancarkan serangan besar-besaran ke pos komando di Oblast Kursk Rusia menggunakan sepuluh rudal jelajah Storm Shadow bekas milik Inggris.

Laporan menunjukkan serangan itu potensial menewaskan seorang jenderal Rusia dan melukai seorang jenderal Korea Utara.

Serangan semacam itu, yang menewaskan para pemimpin militer Rusia yang berpengalaman di medan perang, semakin melemahkan struktur komando Rusia yang sudah tegang.

Situasinya bisa berubah drastis dengan pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump pada bulan Januari.

Trump telah mengisyaratkan akan menarik bantuan AS ke Ukraina, termasuk kemungkinan sistem HIMARS yang penting untuk serangan ini.

Ia juga telah mengisyaratkan kesediaan untuk membiarkan Rusia beroperasi tanpa kendali di Eropa.

"Jika perubahan kebijakan ini terwujud, hal itu dapat memberikan jalan keluar bagi pasukan Rusia yang sedang kepayahan," tulis laporan NDTV.

 

(oln/frbs/ndtv/*)


 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas