Taktik Penggilingan Daging Rusia Kembali Muncul Untuk Percepat Rebut Wilayah
Kedua belah pohak ngotot untuk saling menyerang di Donbass, timur Ukraina.
Editor: Hendra Gunawan
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahkan mengeluhkan jumlah pasukannya yang sedikit hingga dengan mudah dikalahkan dalam perebutan wilayah di sejumlah kota. Jumlah pasukannya di garis depan semakin menyusut hingga perbandingannya adalah 1:8 dengan jumlah pasukan Rusia.
Media Barat The Conversation mengabarkan, strategi penggilingan daging Rusia mampu mengepung dan menyerang secara bergelombang dengan meriam yang di tembakkan tanpa berhenti.
Hal ini menyebabkan lawan lelah baik fisik maupun psikologis hingga akhirnya kalah tertembak atau menyerah.
"Penggiling daging" menjadi bagian dari taktik militer Soviet. Frasa "kuantitas memiliki kualitasnya sendiri" memiliki akar yang tidak dapat dibuktikan dalam kepemimpinan Stalin selama perang dunia kedua.
Pertempuran penting seperti Stalingrad dan Kursk melibatkan pengerahan jutaan tentara, dan tentara Soviet akhirnya menghancurkan serangan kilat Nazi melalui kekuatan besar di garis depan timur.
Demikian juga dengan Vladimir Putin yang nampaknya getol meneruskan strategi ara pendahulunya tersebut.
Diperkirakan lebih dari 70.000 tentara Rusia telah tewas sejak 2022. Namun telah dilaporkan bahwa tingkat korban Rusia kini meningkat lebih cepat karena militernya semakin bergantung pada pejuang yang tidak berpengalaman.
Rekrutan sipil kini menjadi bagian terbesar dari kematian sejak invasi dimulai. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh kurangnya pengetahuan militer mereka dalam lingkungan pertempuran yang menantang melawan musuh yang sangat termotivasi.
Kini, penggiling daging Putin terus berkembang. Pemerintah Rusia mengumumkan rencana untuk menghabiskan Rp 2.655 triliun untuk keamanan dan pertahanan nasional pada tahun 2025, setara dengan 41 persen dari pengeluaran pemerintah tahunan.
Semua pria sehat berusia 18 hingga 30 tahun sekarang dapat direkrut, dan Rusia baru-baru ini memerintahkan penambahan ketiga pasukan Rusia.
Perekrutan 180.000 tentara tambahan akan menjadikan tentara Rusia sebagai yang terbesar kedua di dunia, dengan hampir 2,4 juta anggota. Namun, tentara ini tidak memenuhi syarat dan hanya menawarkan sedikit perlindungan bagi prajurit individu.
Ukraina pun akhinya ikut-ikutan dengan membuat undang-undang wajib militer baru pada bulan April 2024.
UU tersebut menurunkan usia wajib militer menjadi 25 tahun, dan telah mencapai titik di mana pria yang memenuhi syarat sekarang diseret menjauh dari restoran dan klub malam oleh perekrut tentara.
Militer Rusia berupaya merebut wilayah sebanyak mungkin, mungkin dengan satu tujuan pada kesepakatan gencatan senjata yang potensial.