Apa yang Terjadi di Suriah? Perang Saudara 13 Tahun Kembali Membara, Pemberontak Kuasai Aleppo
Apa yang terjadi di Suriah? Ini yang perlu diketahui tentang perang saudara yang rumit dan telah lebih dari 13 tahun ini.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
"Hizbullah telah dilemahkan oleh konfliknya baru-baru ini dengan Israel. Rusia masih terlibat dalam perang di Ukraina dan menghadapi tekanan ekonomi. Iran sedang kewalahan, dengan jalur komunikasi darat dan sekutu regionalnya diserang secara langsung," kata Mohammed Albasha, pendiri Basha Report, sebuah konsultan yang berbasis di Virginia yang mengkhususkan diri dalam urusan Timur Tengah.
"Dengan latar belakang ini, Turki dan sekutunya memanfaatkan momen ini."
Siapa yang Berperang dan Mengapa Mereka Berperang?
Kelompok militan dan politik Islam Sunni bernama Hayat Tahrir al-Sham atau HTS dan sekutunya adalah dalang di balik serangan pemberontak baru-baru ini.
HTS memiliki hubungan historis (meskipun sekarang terpecah) dengan al-Qaeda dan kelompok teroris ISIS.
HTS ingin menggulingkan Assad, mengusir Iran dari wilayah tersebut, dan mengejar ideologi ekstremis mereka.
Pendukung militer utama Assad adalah Rusia dan Iran.
Rusia terlibat dalam konflik Suriah pada tahun 2015 untuk mendukung rezim Assad.
Presiden Rusia Vladimir Putin ingin menegaskan kekuatan negaranya di panggung dunia dan bertindak sebagai "penyeimbang" bagi AS.
AS pada saat itu mempersenjatai dan memberikan perlindungan udara kepada kelompok pemberontak anti-Assad, termasuk suku Kurdi di Irak dan Suriah, yang secara bersamaan melancarkan perang melawan ISIS.
Iran, sementara itu, telah lama mendukung rezim Assad dengan menyalurkan dana dan pejuang kepadanya melalui Hizbullah.
Iran melakukan ini untuk mencapai tujuan keamanan nasionalnya, salah satunya dengan memanfaatkan Suriah untuk menekan tetangganya, Israel, musuh bebuyutan Iran.
Baca juga: Israel Berharap Rezim Suriah Melemah, Tak Ingin Rezim Suriah Runtuh, Suriah Lemah Tel Aviv Girang
Turki, tetangga utara Suriah, memberikan dukungannya kepada kelompok oposisi anti-Assad karena ingin membendung gerakan separatis Kurdi di wilayah tersebut, termasuk di Turki, di mana separatis selama beberapa dekade melancarkan apa yang digambarkan pemerintah sebagai serangan teror.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, juga menghadapi tekanan politik domestik yang semakin meningkat untuk mendeportasi pengungsi Suriah yang telah melarikan diri ke Turki secara besar-besaran sejak perang dimulai.
Apa yang Terjadi Sekarang?
Rezim Assad sudah mengakar kuat.