Abu Mohammed al-Golani, Mantan Komandan Al-Qaeda yang Kini Pimpin Pemberontakan di Suriah
Golani bertempur untuk al Qaeda di Irak, lalu memutus hubungan dengan al Qaeda pada tahun 2016 dan mengubah nama kelompoknya.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
Sebelum mendirikan Front Nusra pada 2012, Golani bertempur untuk Al-Qaeda di Irak dan menghabiskan lima tahun di penjara AS.
Ia kembali ke Suriah setelah pemberontakan dimulai, dikirim oleh pemimpin ISIS di Irak saat itu, Abu Omar al-Baghdadi, untuk memperluas pengaruh Al-Qaeda.
Amerika Serikat menetapkan Golani sebagai teroris pada 2013, dengan tuduhan bahwa Al-Qaeda di Irak telah menugaskannya untuk menggulingkan pemerintahan Assad dan menetapkan hukum syariah Islam di Suriah.
AS juga menuduh Nusra melakukan serangan bunuh diri yang menewaskan warga sipil serta menganut pandangan sektarian yang keras.
Turki, sebagai salah satu pendukung utama oposisi Suriah, menetapkan HTS sebagai kelompok teroris.
Tetapi Turki mendukung beberapa faksi lain yang bertempur di wilayah barat laut.
Muncul di Media
Golani pertama kali diwawancarai oleh media pada 2013, namun wajahnya ditutupi syal gelap, dan hanya punggungnya yang terlihat oleh kamera.
Berbicara kepada Al Jazeera, ia menyerukan agar Suriah dijalankan sesuai dengan hukum syariah.
Sekitar delapan tahun kemudian, ia diwawancarai oleh program FRONTLINE dari US Public Broadcasting Service, kali ini menghadap kamera dan mengenakan kemeja serta jaket.
Golani menyebut label teroris yang diberikan kepadanya sebagai sesuatu yang tidak adil, dan menyatakan bahwa ia menentang pembunuhan orang-orang tak bersalah.
Ia juga menjelaskan bagaimana Front Nusra berkembang dari hanya enam orang yang ikut bersamanya dari Irak menjadi 5.000 anggota dalam waktu satu tahun.
Baca juga: Apa Tujuan Turki Dukung Pasukan Pemberontak di Suriah?
Namun, ia menegaskan bahwa kelompoknya tidak pernah menjadi ancaman bagi Barat.
"Saya tegaskan kembali - keterlibatan kami dengan Al-Qaeda telah berakhir, dan bahkan ketika kami bersama Al-Qaeda, kami menentang operasi di luar Suriah. Itu sepenuhnya bertentangan dengan kebijakan kami," katanya.
Pada tahun 2013, Golani terlibat dalam perang berdarah melawan sekutunya di masa lalu, Baghdadi, karena ISIS mencoba menumbangkan Front Nusra.