Asma Istri Presiden Bashar Al Assad, Dulu Disebut 'Si Mawar Gurun', Kini Dapat Julukan Mengerikan
Pada tahun 2000 Asma menjadi istri dari Bashar Al Assad yang beberapa bulan sebelumnya menjadi pemimpin Suriah
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Dalam sebuah profil seorang pemimpin pria, biasanya ada sosok di belakangnya yang selalu mendorong yaitu pasangannya.
Demikian pula dengan pemimpin Suriah Bashar Al Assad (59), presiden yang kini telah dijungkalkan oleh pemberontakan selama belasan tahun.
Adalah Asma seorang ahli komputer dan ekonomi putri dari Fawaz Akhras seorang dokter ahli jantung terkenal dari Inggris dan Sahar wanita diplomat Suriah.
Baca juga: Presiden Al-Assad Kabur, Suriah Kacau: PM Mohammed al-Jalali Kompromistis dengan Oposisi
Harapan Wanita Suriah
Pada tahun 2000 Asma menjadi istri dari Bashar Al Assad yang beberapa bulan sebelumnya menjadi pemimpin Suriah menggantikan Presiden Hafez Al Assad yang meninggal dunia.
Asma tadinya menjadi harapan bagi rakyat Suriah terutama kaum perempuan yang selama bertahun-tahun hidup terkekang dalam tirani sang presiden, mertuanya.
Bagaimana pun nyonya Al Assad ini adalah seorang yang lahir dan dibesarkan di negara liberal dan demokratis, Inggris.
Lahir di London pada tahun 1975, ia dikirim ke Queen's College, di Marylebone dengan biaya kuliah hampir 9.000 poundsterling atau setara Rp 180 juta per semester.
Dari sana ia lulus dari King's College London pada tahun 1996 dengan gelar di bidang ilmu komputer dan sastra Prancis dan memulai karier di bidang perbankan investasi di perusahaan-perusahaan besar termasuk Deutsche Bank dan JPMorgan.
Di panggung internasional, Asma adalah sosok yang sopan, dengan pakaiannya yang sederhana dan penampilannya yang fotogenik, wajahnya yang tanpa cadar merupakan lambang reputasi Suriah yang relatif bebas bagi kaum perempuan di negara Muslim.
Mawar Gurun
Citra ini tampaknya semakin kuat ketika pada bulan Februari 2010, majalah Vogue menyebut wawancaranya dengan judul 'A Rose in the Desert' atau 'Sekuntum Mawar Gurun' dan menggambarkannya sebagai 'Ibu Negara yang paling segar dan paling menarik'.
Selama bertahun-tahun ia digambarkan sebagai wajah pembebasan perempuan di Timur Tengah; dengan kariernya yang sukses di perbankan dan pendidikannya yang sekuler di Inggris
Daily Mail mengabarkan, pada 2011 pecah pemberontakan akibat Bashar tak ingin menyerahkan jabatan. Assad atas rezimnya yang sangat represif membuat reputasi sebagai pemimpin negara yang terbuka dan sekuler pun hancur.
Namun Asma masih dianggap sebagai harapan masyarakat Suriah. Bahkan hubungan dengan suaminya dikabarkan renggang, Asma lebih memilih pulang ke Inggris menemani sang ibunda yang sedang sakit-sakitan.
Baca juga: Suriah Usai Rezim al-Assad Tumbang: Kelompok Sunni Tahrir al-Sham Jadi Penguasa dan Ancaman ISIS
Peras Rakyat
Sepak terjang Asma dalam politik di Suriah kembali dirasakan setelah ibunya meninggal karena sakit kanker, wanita ini kembali ke Suriah menamani sang suami di tahun 2016.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.