Operasi Anak Panah Bashan, Israel Kerahkan 350 Pesawat: 80 Persen Kekuatan Militer Suriah Hancur
Israel melancarkan serangan besar ke Suriah dalam operasi yang disebut 'Operasi Anak Panah Bashan'.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Whiesa Daniswara
Serangan-serangan Israel ke Suriah direspons dengan hujatan oleh negara-negara Arab.
Qatar, Irak, Arab Saudi, dan Iran menyebut serangan Israel itu sebagai aksi perampasan wilayah Suriah.
“(Serangan Israel) perkembangan yang membayakan dan serangan terang-terangan terhadap kedaulatan dan persatuan Suriah serta jelas merupakan pelanggaran hukum internasional,” kata Kementerian Luar Negeri Qatar hari Senin, (9/12/2024), dikutip dari Al Jazeera.
Qatar menyebut upaya Israel menduduki wilayah Suriah akan makin memperburuk kekerasan dan ketegangan di Suriah.
Seperti Qatar, Arab Saudi pada hari yang sama mengecam keras aksi Israel.
“Mengonfirmasi pelanggaran hukum internasional yang terus dilanjutkan oleh Israel dan tekad Israel untuk menyabotase peluang Suriah mengembalikan keamanan, stabilitas, dan integritas wilayahnya,” kata Kementerlian Luar Negeri Arab Saudi.
Arab Saudi juga meminta masyarakat dunia untuk turut mengecam serangan Israel. Menurut Arab Saudi, Golan adalah tanah Arab yang dirampas Israel.
Baca juga: Hizbullah Mengutuk Agresi Israel Terhadap Suriah, Menyerukan Persatuan di Suriah
Irak tak ketinggalan. Negara itu berujar Israel telah melakukan “pelanggaran sangat besar” menurut hukum internasional.
Menurut Irak, penting untuk menjaga kedaulatan dan integritas Suriah dan meminta Dewan Keamanan PBB untuk menegakkan kewajibannya dan mengecam agresi Israel.
Pernyataan adanya pelanggaran oleh Israel turut disuarakan oleh Iran.
“Agresi ini pelanggaran secara terang-terangan terhadap Piagam PBB,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmail Baghaei dalam pernyataannya hari Senin.
Netanyahu minta Israel merampas zona penyangga
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyu mengaku telah meminta IDF untuk menduduki zona penyangga antara Israel dan Suriah. Zona itu dibentuk saat gencatan senjata 1974 dengan Suriah.
Pada hari Senin, Netanyahu dengan tegas mengatakan Golan akan tetap bersama Israel untuk selamanya.
Perdana menteri sayap kanan itu kemudian berterima kasih kepada Presiden AS terpilih Donald Trump yang mengakui klaim Israel atas Golan pada masa kepemimpinannya yang pertama.
Padahal, hukum internasional sudah secara tegas melarang pencaplokan wilayah dengan kekerasan/paksaan.
Dia menyebut tumbangnya rezim Assad adalah “akibat langsung dari serangan besar yang dilakukan Israel terhadap Hamas, Hizbullah, dan Iran”.
(Tribunnews/Febri)