Pemimpin HTS Tegaskan Tak Ada Ampunan untuk Pelaku Penyiksaan Tahanan
Pemimpin HTS, Abu Mohammed al-Julani mengatakan tidak akan memberikan ampunan bagi pejabat yang terlibat dalam penyiksaan terhadap tahanan.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Hayat Tahrir Al-Sham (HTS), Abu Mohammed al-Julani mengatakan tidak akan memberikan ampunan bagi pejabat yang terlibat dalam penyiksaan terhadap tahanan.
"Kami tidak akan mengampuni mereka yang terlibat dalam penyiksaan tahanan," kata Al-Julani yang sekarang menggunakan nama aslinya Ahmed Al-Sharaa, dikutip dari Al-Arabiya.
Sementara itu, banyak dari mereka yang hilang dan belum ditemukan hingga saat ini, termasuk jurnalis AS Austin Tice.
Ia mendesak kepada mereka yang melarikan diri dari Suriah untuk segera menyerahkan diri,
"Negara-negara untuk menyerahkan para penjahat yang melarikan diri (ke negara mereka) agar keadilan dapat tercapai," katanya, dikutip dari upi.com.
Pernyataan Sharaa ini muncul tepat 3 hari setelah Presiden Bashar Al-Assad digulingkan.
Seperti diketahui, Assad telah berkuasa dengan ayahnya di Suriah sejak tahun 1971.
Selama masa pemerintahannya, Bashar Al-Assad diduga telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan melakukan penyiksaan.
Terungkap puluhan ribu tahanan yang berada di penjara Sednaya yang paling terkenal di pinggiran Damaskus mengalami kekerasan selama ditahan di rezim Assad.
Para tahanan yang dibebaskan mengungkapkan kengerian yang mereka hadapi selama penahanan, termasuk pelanggaran brutal dan penyiksaan yang meluas.
40 Mayat Ditemukan di RS Harasta dengan Tanda Penyiksaan
Oposisi Suriah mengatakan telah menemukan puluhan mayat yang merupakan korban penyiksaan di RS Harasta, dekat Damaskus pada Senin (9/12/2024).
Baca juga: Pemimpin HTS Sebut Suriah Belum Siap untuk Perang Lagi, Rakyatnya Sudah Lelah, Singgung Ketakutan
Seorang anggota faksi pemberontak, Mohammed al-Hajj, mengatakan 40 mayat ditemukan dengan kondisi berada di dalam kantong yang bertuliskan nomor dan nama, di kamar mayat rumah sakit tersebut.
"Saya membuka pintu kamar mayat dengan tangan saya sendiri, pemandangannya mengerikan: sekitar 40 mayat ditumpuk memperlihatkan tanda-tanda penyiksaan yang mengerikan," kata Mohammed al-Hajj kepada AFP, dikutip dari The New Arab.
Di mana para korban ini mengalami tanda-tanda penyiksaan yang sangat jelas.
Luka hingga memar yang mereka alami terlihat sangat jelas dalam foto-foto tersebut.
Dalam rekaman video juga terlihat kain yang membungkus tulang-tulang korban.
Mayat-mayat yang dimasukkan ke dalam kantong plastik atau dibungkus kain putih memiliki perekat berisi coretan nomor-nomor dan ada juga yang diberi nama.
Beberapa di antaranya ada yang tampaknya baru saja terbunuh.
Mayat-mayat ini diduga berasal dari dari penjara Sednaya yang dieksekusi sebelum Assad digulingkan.
Sebagai informasi, Assad telah digulingkan oleh kelompok oposisi dalam serangan besar-besaran yang berpuncak pada perebutan ibu kota Damaskus pada Minggu (8/12/2024).
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Konflik Suriah