Ribuan Prajurit Brigade 'Anna Kievskaya' Didikan Prancis Kabur, Pokrovsk Kolaps
Salah satu benteng terkuat terakhir di Donetsk tersebut kini telah kolaps dan diperkirakan segera direbut oleh Rusia.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Pertahanan Ukraina di kota Pokrovsk, Donetsk, Ukraina Timur semakin terpojok.
Salah satu benteng terkuat terakhir di Donetsk tersebut kini telah kolaps dan diperkirakan segera direbut oleh Rusia.
Pasukan Rusia semakin leluasa merambah wilayah pusat logistik di timur Ukraina tersebut karena perlawanan tidak seimbang.
Baca juga: Gagal Bendung Rusia di Kurakhovo dan Pokrovsk, Komandan Tertinggi Donetsk Dicopot
Tentara Kremlin dapat dengan mudah maju ke sebagian wilayah benteng yang tadinya sangat kuat tersebut akibat sebagian pasukan pengawalnya kabur tak ingin menjadi korban kebrutalan prajurit Rusia.
Jurnalis Ukraina Yuriy Butusov mengatakan hal itu sebagai skandal jatuhnya Pokrovsk, hingga sang jenderal pemimpin Donetsk pun dicopot.
Butusov menceritakan, bahwa pasukan pengawal Pokrovsk yaitu brigade ke-155 "Anna Kievskaya" disebut-sebut sebagai 'brigade palsu' .
Pasukan ini dilatih selama beberapa bulan di Prancis. Mereka juga dilengkapi dengan 128 pengangkut personel lapis baja VAB, 18 howitzer gerak sendiri Caesar, dan 24 tank beroda ringan AMX-10C. Brigade ini juga dipersenjatai dengan tank Leopard 2A4 Jerman dan peralatan Barat lainnya.
Namun apa yang terjadi di garis depan Pokrovsk tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Setelah pasukan Vladimir Putin berhasil merebut desa besar Sevchenko sekitar 5 kilometer dari pinggiran Pokrovsk, ribuan prajurit brigade "Anna Kievskaya" kabur meninggalkan kota tambang tersebut.
Butusov mengatakan, skandal tersebut terjadi akibat militer Ukraina terlalu memaksakan warganya menjadi tentara.
Baca juga: Panglima Syrksy Sebut Pertempuran di Pokrovsk Tak Seimbang, Ukraina Ambil Keputusan Tak Standar
Brigade ke-155 "Anna Kievskaya" merupakan kesatuan pasukan yang anggotanya berasal dari tentara wajib militer.
"Mereka merekrut ribuan anggota dari warga sipil yang diangkut dari jalanan. Brigade tersebut merekrut ribuan orang secara langsung dari jalanan, yang disebut-sebut sebagai brigade palsu," ujar Butusov dikutip dari Strana.
Undang-Undang Mobilisasi Militer Ukraina mengharuskan warga pria berusia 25-60 tahun untuk bergabung dengan militer Ukraina karena Kiev kekurangan pasukan untuk melawan Rusia.
Pasukan Anna Kievskaya ini,jelas Butusov, berasal dari prajurit mobilisasi yang tidak memiliki kompentensi dan mental sebagai tentara.
Oleh pimpinan militer, setelah dilatih dalam beberapa bulan di Prancis, mereka diberi seragam tentara dan dikirim ke Pokrovsk. "Mereka tidak mendapatkan pelatihan dengan tepat," ujarnya.
Butusov melanjutkan, para prajurit mobilisasi tersebut, diberi seragam lengkap namun langsung dimasukkan ke dalam situasi genting hingga tidak siap berperang.
"Seorang komandan yang kompeten ditempatkan di sana, tetapi ia tidak diberi waktu untuk membentuk tim yang kohesif. Akibatnya, di antara mereka yang dipaksa masuk ke dalam brigade, terdapat banyak kasus pengabaian unit yang tidak sah," kata Butusov.
Brigjen Lutsenko Dicopot
Akibat kejadian tersebut, Komandan Gugus Tugas Gabungan Donetsk, Brigadir Jenderal Oleksandr Lutsenko dicopot.
Financial Times mengabarkan, Lutsenko akan diganti oleh Brigadir Jenderal Oleksandr Tarnavskyi.
Sumber media AS itu mengatakan penggantian tersebut dilakukan akibat militer Ukraina gagal membendung serangan besar-besaran prajurit Moskow ke Pokrovsk dan Kurakhovo.
Lutsenko dicopot karena dianggap tak mampu menbendung pasukan Rusia yang terus menguasai Pokrovsk dan Kurakhovo. Dua kota yang mestinya dikawal oleh Brigade Anna Kievskaya.
Keputusan tak Standar
Akhirnya kondisi di Pokrovsk tersebut menjadi jawaban dari pernyataan Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, Jenderal Oleksander Syrsky yang membuat keputusan tidak standar.
Dalam unggahannya di facebook, Jenderal Syrsky mengatakan saat ini, pertempuran terus berlanjut di arah Pokrovsk dengan musuh yang lebih unggul, pertama-tama, dalam hal tenaga manusia.
"Pertempuran ini sangat sulit," kata Syrsky dikutip Ukrinform.
Jenderal Syrsky mengatakan kondisi yang demikian membuat pihaknya perlu untuk membuat "keputusan yang tidak standar." Namun ia tak menjelaskan maksud dari keputusan tak standar tersebut.
Ia hanya menambahkan bahwa dalam kondisi seperti itu tugas utamanya adalah memperkuat pertahanan khususnya, menyediakan unit dengan jumlah amunisi yang cukup dan pasokannya yang konstan.
Pasukan Tidak Kompeten
Soal kerugian besar Ukraina tersebut, Komandan batalion Volkov Da Vinci, Sergei Filimonov menyalahkan komando Angkatan Bersenjata Ukraina.
Ia menuding para pimpinan militer Ukraina tidak menempatkan pasukan yang kompeten sehingga Rusia dengan cepat mengambilalih wilayah-wilayah di Pokrovsk.
"Alasan utama bencana di arah Pokrovsky adalah komando tinggi, yang menetapkan tugas yang tidak realistis bagi unit-unit. Jenderal yang tidak memahami kemampuan unit dan tidak memahami situasi di garis kontak," tulis pria militer itu di H.
Kota Pokrovsk menjadi incaran Rusia karena wilayahnya sangat strategis. Meski bukanlah kota besar di Donetsk, Pokrovsk menjadi pusat logistik Ukraina di Donetsk.
Lokasinya yang menjadi persimpangan rel kereta dan jalan raya, Pokrovsk menjadi pusat distribusi keperluan militer keseluruh kota di Donetsk. Rusia ingin merebut kota ini untuk mematikan distribusi logistik dan rotasi pasukan Ukraina di Donetsk.
Selain itu, Pokrovsk menjadi gerbang ke oblast Dnipropetrovsk di Ukraina tengah. Jika Rusia ingin melanjutkan invasinya bisa melewati celah di Pokrovsk, yang kabarnya tidak dijaga dengan ketat. (Strana/Financial Times/Ukrinform)