Negara-negara Teluk Keluhkan Kehadiran Pengemis dari Pakistan
Pengemis dari Pakistan menjadi sorotan karena menyebabkan gangguan selama ibadah haji di Arab Saudi.
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengemis dari Pakistan menjadi sorotan karena menyebabkan gangguan selama ibadah haji di Arab Saudi.
Dikutip dari Daily Mirror Online, sorotan kepada para pengemis asal Pakistan ini terjadi lantaran mereka memiliki gaya hidup yang boros, dan menjadikan mengemis sebagai profesi.
Seorang pengemis dari Gujranwala baru-baru ini menjadi viral karena menghabiskan PKR12,5 juta untuk sebuah acara mewah, yaitu pesta dengan 250 ekor kambing dengan dihadiri 8.000 tamu.
Sekitar 2.000 kendaraan digunakan untuk mengangkut 8.000 tamu dari seluruh negeri.
Meski acara mewah ini memicu humor atas kekayaan tersembunyi para pengemis, banyak orang mengungkapkan kemarahannya atas penyalahgunaan sumbangan amal.
“Baik itu uang pajak kami, penggunaan yang berlebihan seperti itu sangat dikutuk,” kata salah satu pengguna media sosial, dikutip dari Daily Mirror Online, Kamis (19/12/2024).
Pohak lain menyarankan agar pemerintah Pakistan "sebaiknya mengenakan pajak kepada mereka dan mendaftarkan profesi pengemis secara resmi." Beberapa orang memuji pengemis di Pakistan karena lebih kaya dibandingkan warga negara biasa, dan ada juga yang menyebut mengemis adalah profesi terbaik di negara tersebut.
Pengemis dari Pakistan dianggap telah menjadi gangguan bagi negara-negara Teluk. Meski ada peringatan dari Arab Saudi, gelombang pengemis dari Pakistan masih berusaha masuk ke negara tersebut.
Langkah Pemerintah Pakistan
Islamabad sedang berjuang untuk membendung ancaman yang telah mempermalukan Pakistan. Arab Saudi mengancam akan memberlakukan pembatasan terhadap jamaah umrah dan haji jika pengemis dari Pakistan kembali masuk ke negaranya.
Insiden ini telah mencoreng citra Pakistan di mata dunia, sehingga mendorong lembaga-lembaga Pakistan untuk mengambil tindakan terhadap para pengemis. Pemerintah Islamabad kini telah mewajibkan surat pernyataan bagi jamaah haji, dan berjanji untuk tidak mengemis di Arab Saudi.
Selain itu, operator tur juga diancam dengan konsekuensi hukum jika tidak mematuhinya. Beberapa hari yang lalu, Wakil Menteri Dalam Negeri Saudi Dr. Nasir bin Abdulaziz Al-Dawood diberi pengarahan oleh rekannya dari Pakistan tentang tindakan yang diambil untuk menghentikan pengemis dari Pakistan.
Seorang pengemis lanjut usia yang tidak sadarkan diri, diselamatkan polisi, ditemukan memiliki simpanan bank sebesar PKR534.000. Dia juga memiliki paspor yang masih berlaku dan telah melakukan beberapa perjalanan ke Arab Saudi.
Pakistan memiliki sindikat mafia pengemis dan operator tur yang memfasilitasi perjalanan ilegal pengemis ke Arab Saudi. Pemerintah telah menambahkan nama 4.300 pengemis ke dalam Daftar Keluar Kontrol (ECL) untuk mencegah membanjirnya pengemis yang bepergian ke Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya. Namun, para pengemis terus berusaha mencapai Arab Saudi dengan menyamar sebagai peziarah.
Tiga pengemis perempuan ditangkap di bandara Karachi saat hendak melakukan perjalanan ke Arab Saudi untuk mengemis. Para wanita ini tidak memiliki tiket pulang pergi atau pemesanan hotel. Sebelumnya pada bulan Oktober, 16 pengemis, termasuk seorang anak-anak dan empat wanita, ditangkap ketika mencoba memasuki Arab Saudi. Pada bulan November, 15 pengemis diturunkan dari bandara Sialkot.
Kejahatan Pengemis
Banyak negara Teluk telah menyatakan keprihatinannya terhadap pengemis Pakistan yang masuk dengan menyamar sebagai pekerja dan ziarah. Hal ini mendorong UEA mewajibkan sertifikat karakter polisi dari warga Pakistan.
Langkah itu, dilakukan setelah beberapa warga Pakistan diketahui terlibat dalam pengemisan dan aktivitas ilegal lainnya di UEA. Hal tersebut dibeberkan Adnan Paracha, Wakil Ketua Asosiasi Promotor Ketenagakerjaan Luar Negeri Pakistan (POEPA).
Mengemis dilarang di Arab Saudi dan UEA dan merupakan kejahatan yang dapat dihukum. Sejumlah besar pengemis bahkan dipenjara di negara-negara Teluk.
Menurut Kementerian Luar Negeri Pakistan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, 90 persen pengemis di penjara asing adalah warga Pakistan.
“Baik duta besar Irak dan Saudi telah melaporkan penjara yang penuh sesak akibat penangkapan ini,” ungkap sekretaris kementerian.
Menurut laporan pemerintah Islamabad, pengemis yang ditangkap di negara-negara Teluk sering kali terlibat dalam kejahatan kecil seperti pencopetan.
“Pengemis meninggalkan Pakistan secara massal, seringkali bepergian dengan muatan kapal, dan kemudian memanfaatkan umrah dan visa kunjungan untuk mengemis dari jamaah di luar negeri,” kata mantan Menteri Luar Negeri Zulfikar Haider.
Baca juga: Pakistan: Demo Pro-Khan Picu Kekhawatiran Akan Kudeta Militer
Seorang pengguna Twitter bernama Anas Abu Tamata berkomentar bahwa citra Pakistan di Arab Saudi telah berubah dari penasehat menjadi pengemis.
“Sekarang mereka melihat kami (Pakistan) sebagai pengemis dan orang-orang yang tidak kompeten, menyia-nyiakan 150 juta potensi anak muda karena korupsi yang dilakukan pemerintah kami. Sedih sekali,” tulisnya.