Delhi Tutup Sekolah dan Larang Pembangunan, Tingkat Polusi Kian Parah
Delhi dan sekitarnya, yang dihuni lebih dari 30 juta orang, konsisten menempati peringkat teratas dunia untuk polusi udara di musim dingin.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Pihak berwenang di ibu kota India, New Delhi menutup sekolah.
Delhi dan wilayah metropolitan di sekitarnya, yang dihuni lebih dari 30 juta orang, secara konsisten menempati peringkat teratas dunia untuk polusi udara di musim dingin.
Pihak berwenang memerintahkan semua sekolah di Delhi untuk memindahkan kelas secara daring dan memperketat pembatasan pada aktivitas konstruksi dan pergerakan kendaraan, dengan alasan upaya untuk "mencegah kerusakan lebih lanjut" pada kualitas udara.
Dikutip dari Al Jazeera, pihak berwenang berharap, dengan menjaga anak-anak di rumah, kemacetan lalu lintas akan berkurang secara signifikan.
"Kelas tatap muka akan dihentikan untuk semua siswa, kecuali Kelas 10 dan 12," kata Kepala Menteri Atishi, yang hanya menggunakan satu nama, dalam sebuah pernyataan pada Minggu malam.
Pembatasan serupa juga diberlakukan minggu lalu.
Keputusan ini diambil buntut makin memburuknya polusi udara musim ini.
Pemerintah juga menghentikan pembangunan dan melarang truk yang tidak penting memasuki kota.
Kabut asap tebal yang beracun menyelimuti sebagian besar wilayah India utara pada hari Senin (18/11/2024) setelah kabut tebal sepanjang malam, dengan kualitas udara "berbahaya" di beberapa wilayah Wilayah Ibu Kota Nasional (NCT) Delhi mencapai titik tertinggi baru yakni 1.081, menurut peringkat langsung grup Swiss IQAir.
Otoritas Pengendalian Polusi India mengatakan indeks kualitas udara (AQI) 24 jam di wilayah ibu kota nasional itu adalah 484, diklasifikasikan sebagai "sangat parah", tertinggi tahun ini.
Para ahli mengatakan, skor tersebut bervariasi karena adanya perbedaan skala yang digunakan berbagai negara untuk mengubah konsentrasi polutan menjadi AQI, sehingga kuantitas polutan tertentu yang sama dapat diartikan sebagai skor AQI yang berbeda di berbagai negara.
Sementara itu, konsentrasi PM2,5 – partikel berukuran 2,5 mikron atau kurang diameternya yang dapat terbawa ke paru-paru, menyebabkan penyakit mematikan dan masalah jantung – adalah 39 kali lipat dari tingkat yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia.
Kabut asap, campuran asap dan kabut yang beracun, terjadi setiap tahun di musim dingin saat udara dingin memerangkap debu, emisi, dan asap dari kebakaran pertanian ilegal di beberapa negara bagian sekitar.
Baca juga: Meski Tak Akui, Hubungan India ke Taliban Makin Dekat
Butuh Penyaring Udara
Banyak orang di kota ini tidak mampu membeli penyaring udara, dan mereka juga tidak memiliki rumah yang dapat secara efektif melindungi mereka dari udara berbau busuk yang menjadi penyebab ribuan kematian dini setiap tahun.