Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Netanyahu Kunjungi Gunung Hermon, IDF Siap Bangun Benteng Pertahanan

Setelah jatuhnya rezim al-Assad, Israel berencana bangun benteng pertahanan di Puncak Hermon Suriah.

Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Netanyahu Kunjungi Gunung Hermon, IDF Siap Bangun Benteng Pertahanan
Maayan Toaf/GPO
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu saat mengunjungi Koridor Netzarim di Jalur Gaza tengah pada 19 November 2024. 

TRIBUNNEWS.com - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan tetap berada di zona penyangga perbatasan Suriah, khususnya di puncak Gunung Hermon, setelah runtuhnya rezim Bashar al-Assad.

Kunjungan Netanyahu ke puncak Gunung Hermon pada Selasa, 17 Desember 2024, menjadikannya pemimpin Israel pertama yang masih menjabat menginjakkan kaki di wilayah tersebut.

Pernyataan Netanyahu dan Rencana IDF

Netanyahu menyatakan bahwa kehadiran IDF di puncak Gunung Hermon adalah penting untuk keamanan Israel.

"Kami akan tetap tinggal sampai ditemukan kesepakatan lain yang menjamin keamanan Israel," kata Netanyahu, dikutip dari Times of Israel.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertahanan, Israel Katz, menginstruksikan militer untuk segera membangun benteng pertahanan di lokasi tersebut.

"Kami akan tetap tinggal sampai ditemukan kesepakatan lain yang menjamin keamanan Israel," ujar Katz.

Seorang pejabat militer Israel yang meminta namanya dirahasiakan menyatakan bahwa tidak ada rencana untuk mengevakuasi warga Suriah yang tinggal di desa-desa dalam zona penyangga.

Berita Rekomendasi

Zona penyangga ini dibentuk oleh PBB setelah Perang Timur Tengah tahun 1973, dan sejak itu, pasukan PBB telah berpatroli di daerah tersebut.

Tanggapan PBB dan HTS

Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, mengkritik tindakan Israel yang dianggap melanggar kesepakatan tahun 1974 yang membentuk zona penyangga.

"Pendudukan adalah pendudukan, entah itu berlangsung seminggu, sebulan, atau setahun," tegas Dujarric.

Di sisi lain, pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Mohammed al-Julani, meminta Israel untuk menghentikan serangan udara dan menarik diri dari wilayah Suriah.

Al-Julani menegaskan, "Kami tidak ingin berkonflik dengan pihak manapun," dan menambahkan bahwa rakyat Suriah butuh ketenangan.

Klaim Israel atas Wilayah Udara Suriah

Pekan lalu, Israel dilaporkan telah menjatuhkan 1.800 bom di sekitar 500 target di Suriah.

Dikutip dari Al Mayadeen, komando militer Israel menyatakan bahwa mereka kini mampu melakukan operasi secara aman di wilayah udara Suriah setelah menguasai sebagian besar wilayah tersebut.

Serangan-serangan ini dianggap melanggar hukum internasional oleh para ahli PBB.

Operasi yang dinamakan "Panah Bashan" ini mencerminkan ambisi ekspansi Israel, dengan serangan yang menargetkan sistem pertahanan udara dan fasilitas strategis di berbagai kota Suriah.

Tumbangnya Rezim al-Assad

Rezim Bashar al-Assad tumbang pada 7 Desember 2024, setelah ibu kota Damaskus jatuh ke tangan kelompok oposisi bersenjata.

Oposisi berhasil menguasai banyak wilayah, termasuk Aleppo dan Idlib, hingga akhirnya Damaskus juga jatuh ke tangan mereka, dilansir Middle East Monitor.

Dengan ini, era pemerintahan al-Assad yang berlangsung selama 61 tahun resmi berakhir.

Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas