Bertahun-tahun Beri Dukungan, Putin Klaim Jatuhnya Rezim Assad di Suriah Bukan Kekalahan bagi Rusia
Rusia telah mendukung mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad secara militer selama bertahun-tahun.
Penulis: Nuryanti
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin mendapat pertanyaan tentang jatuhnya rezim Assad di Suriah.
Vladimir Putin lantas menegaskan, hal itu bukanlah kekalahan bagi Kremlin.
Adapun Rusia telah mendukung mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad secara militer selama bertahun-tahun.
Namun, Vladimir Putin mengakui kini situasinya "rumit".
Diberitakan BBC, Putin mengaku belum berbicara dengan pemimpin Suriah yang digulingkan tersebut.
Saat ini, Rusia sedang berunding dengan penguasa baru Suriah untuk mempertahankan dua pangkalan militer yang strategis dan penting di pantai Mediterania.
Moskow akan mempertimbangkan untuk menggunakannya untuk tujuan kemanusiaan.
Eks Presiden Suriah Kabur ke Rusia
Mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad melarikan diri ke Moskow dan menerima suaka dari sekutu lamanya, Rusia.
Bashar al-Assad melarikan diri dari Suriah saat aliansi oposisi yang dipimpin Islam menyerbu ibu kota Damaskus, mengakhiri lima dekade pemerintahan klannya pada Minggu (8/12/2024).
Kedatangan Assad dan keluarganya di Moskow dilaporkan oleh kantor berita Rusia Tass dan RIA, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya di Kremlin.
Baca juga: IRGC Bantah Klaim Putin soal Rusia Evakuasi 4.000 Tentara Iran dari Suriah
RIA juga mengatakan pemberontak Suriah telah menjamin keamanan pangkalan militer Rusia dan pos diplomatik di Suriah.
Rusia mengatakan Assad meninggalkan Suriah setelah bernegosiasi dengan kelompok pemberontak dan bahwa ia telah memberikan instruksi untuk menyerahkan kekuasaan secara damai.
Sebagai informasi, pasukan oposisi merebut Damaskus pada Minggu (8/12/2024) pagi, mengakhiri 50 tahun kekuasaan keluarga al-Assad dalam serangan mendadak yang mencapai ibu kota hanya dalam 12 hari.
Serangan dimulai pada 27 November, ketika pasukan oposisi yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), melancarkan serangan dari pangkalan mereka di provinsi Idlib di Suriah barat laut dan kemudian bergerak ke selatan untuk menggulingkan Bashar al-Assad.