Diam-diam Meriam Andalan Kim Jong Un Telah Sampai di Rusia
M1989 telah terlihat di kereta-kereta di kota Krasnoyarsk, Rusia bagian tengah, ke garis depan
Penulis: Hendra Gunawan
ntelijen Barat memberinya nama tidak resmi berdasarkan kota tempat pertama kali ditemukannya. Nama resmi senjata Korea Utara tersebut adalah Chuch'ep'o atau Meriam Juche.
Varian asli M-1978 menggunakan rangka tank Tipe 59 buatan China. Varian M-1989 memiliki rangka yang lebih baik, mirip dengan 2S7 Pion buatan Soviet.
Kaliber 177 mm yang tidak biasa pada senjata ini kemungkinan besar dapat dijelaskan dengan baik berdasarkan asal usulnya—senjata ini dapat dikembangkan dari artileri Jerman pada Perang Dunia II dengan kaliber yang sama atau senjata pertahanan pantai Rusia.
Andalan Kim Jong Un
Senjata ini menjadi salah satu artileri paling tangguh andalan Kim Jong Un. Di Korut sendiri, dengan jarak tembak sejauh ini maka dengan mudah bisa menjangkau Seoul Korea Selatan, musuh abadi Korut.
Meski demikian, sistem pertahanan ini memiliki kelemahan juga. Di antaranya adalah laju tembakan yang lambat, hanya mampu menembakkan satu hingga dua peluru setiap lima menit karena ukuran amunisinya yang besar.
Sistem ini mulai dikenal selama Perang Iran-Irak pada tahun 1980-an, yang digunakan dalam misi tembakan balasan berkelanjutan dan pengeboman jarak jauh.
Korea Utara dan Rusia saat ini terus meningkatkan kolaborasi militer di tengah peperangan dengan Ukraina dan ketegangan global.
Dalam kerja sama militer tersebut Korea Utara diketahui mengirimkan jutaan butir peluru ke Rusia selama peperangan melawan Rusia.
Dukungan lainnya yang diketahui adalah pengiriman ribuan pasukan dari Prongyang membantu Moskow memerangi pasukan Kiev, yang tersekam di Kursk, bagian dari Rusia yang diinvasi oleh Ukraina.
Intelijen Inggris menyakini bahwa jumlah pasukan Korea Utara di Rusia telah mencapai 11.000 personel dan siap di terjunkan ke garis depan peperangan. Bahkan sebagiannya lagi telah ikut bertempur di Kursk.
Kini Korut terciduk mengirimkan howitzer M1989 Koksan yang dipastikan bakal memperkeruh ketegangan yang telah ada. (Eurasian Times/Army Recognition)