Tumpahan Minyak dari Kapal Tanker di Rusia Cemari Laut Hitam
Volgoneft 212 dan Volgoneft 239, rusak akibat badai besar yang melanda Selat Kerch menyebabkan tumpahan minyak besar-besaran di Laut Hitam.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Ia juga menyebutkan bahwa kapal-kapal tersebut digunakan oleh Rusia untuk mendanai perang dengan mengangkut minyak dari Laut Hitam.
Zelensky menyerukan sanksi internasional terhadap armada tanker "bayangan" Rusia, yang terdiri dari kapal-kapal tua dan tidak terawat yang digunakan untuk menghindari sanksi Barat.
Relawan Bersihan Tumpahan Minyak
Kementerian Darurat Rusia melaporkan bahwa lebih dari 8.500 orang, termasuk staf dan relawan, dikerahkan untuk membersihkan tumpahan minyak.
Upaya pembersihan ini terhambat oleh cuaca buruk dan kekurangan sumber daya.
Cuaca badai yang terus berlangsung menyulitkan upaya pembersihan, sementara para relawan mengeluhkan bahwa mereka tidak mendapatkan cukup dukungan dari pemerintah.
Beberapa relawan mengungkapkan bahwa mereka terpaksa membeli alat pelindung seperti respirator sendiri karena tidak ada perlindungan yang disediakan.
Pemerintah Rusia melaporkan bahwa lebih dari 17.000 ton pasir dan tanah yang terkontaminasi telah berhasil dikumpulkan hingga Senin, dan lebih dari 970 burung yang terkontaminasi mazut telah diselamatkan.
Aktivis lingkungan mencatat bahwa banyak informasi yang tidak transparan mengenai skala tumpahan minyak ini.
Eugene Simonov, seorang ahli lingkungan, memperingatkan bahwa meskipun sebagian besar minyak sudah terdampar, kapal-kapal yang tenggelam masih menahan sisa minyak di bawah air.
Ia menambahkan bahwa sisa minyak tersebut dapat menyebabkan kebocoran lebih lanjut jika tidak segera dipompa keluar, seperti yang dilaporkan oleh Euronews.
Kerusakan lingkungan akibat tumpahan minyak ini diperkirakan mencapai antara 30 hingga 50 miliar rubel (sekitar $298 hingga $497 juta).
Para aktivis lingkungan juga memperingatkan bahwa bencana ini dapat mengancam ekosistem Laut Hitam dalam jangka panjang, dengan potensi kerusakan yang jauh lebih besar bagi kehidupan laut dan burung air di wilayah tersebut, The Moscow Times melaporkan.
Sementara itu, Uni Eropa telah memberikan perhatian serius terhadap kapal-kapal tanker tua yang digunakan oleh Rusia sebagai bagian dari armada "bayangan" untuk menghindari sanksi internasional.
Sanksi Uni Eropa baru-baru ini menargetkan armada ini karena risiko lingkungan dan keselamatan yang ditimbulkan.
Meskipun ada sanksi, Rusia terus mengoperasikan kapal-kapal ini, yang dapat menambah beban bagi lingkungan Laut Hitam.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)