Pembesar NATO Akui Eropa Ketinggalan & Justru Buat Senjata Usang, Rusia Unggul dalam Produksi
Seorang pembesar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengakui Eropa sudah ketinggalan zaman dalam teknologi militer.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM – Seorang pembesar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengakui Eropa sudah ketinggalan zaman dalam teknologi militer.
Laksamana Pierre Vandier, nama pembesar itu, mengklaim Eropa terlalu banyak menghabiskan waktu untuk membuat sistem persenjataan.
“Sebagai contoh, kalian akan berkata, “Saya sedang mengembangkan tank generasi selanjutnya.’ Mereka mengerjakannya selama bertahun-tahun, mengumumkan kontrak, industri menjalankannya pada dekade lainnya, dan pada akhirnya kalian punya tank yang tidak memenuhi tujuan kalian karena segalanya telah berubah,” ujar Vandier yang juga menjadi salah satu komandan NATo, dikutip dari Sputnik.
“Teknologi baru perlu waktu untuk sampai, kalian menghabiskan banyak uang hanya demi mendapatkan sistem yang secara desain sudah usang, dan semua karena waktu yang diperlukan untuk membuatnya sangat lama.”
Dia menyebut periode pengembangan teknologi adalah sekitar dua hingga tiga tahun. Lama periode itu sepuluh kali lebih cepat daripada “pengadaan sistem yang besar dan terkontrol di Eropa”.
Di samping itu, dia mengatakan tak mungkin mempercepat pengembangan perlengkapan militer besar seperti pesawat, tank, dan kapal karena pembuatannya memerlukan waktu puluhan tahun.
Meski demikian, Vandier menyebut pengembangan teknologi baru bidang optoelektronika, kecerdasan buatan, komunikasi, dan perangkat lunak harus dipercepat.
Produksi senjata Rusia ungguli NATO
Awal bulan ini Institut Kajian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) menerbitkan laporan tahunannya tentang seratus perusahaan pertahanan terbesar di dunia.
Dikutip dari Al Jazeera, berdasarkan laporan itu, Rusia lebih unggul daripada NATO dalam hal jumlah produksi senjata untuk keperluan perang di Ukraina.
Laporan itu juga memunculkan pertanyaan tentang kemampuan Barat untuk menyediakan senjata bagi Ukraian guna melawan Rusia.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1032: Barat Latih Pasukan di Dekat Rusia, NATO Dianggap Bersiap Perang
Tahun ini pendapatan perusahaan-perusahaan pertahanan terbesar di Rusia tercatat meningkat 40 persen. Sementara itu, pendapatan perusahaan bidang serupa di AS dan Eropa hanya meningkat 2,5 persen dan 0,2 persen.
Omzet kontraktor pertahanan AS dan Eropa memang lebih besar secara order, yakni $317 miliar dan $133 miliar dibandingkan dengan Rusia ($25,5 miliar).
Akan tetapi, SIPRI menunjukkan bahwa Rusia lebih efektif dalam menjadikan ekonominya sebagai senjata ketika perang.
Hanya ada dua perusahaan pertahanan Rusia yang masuk dalam daftar 100 teratas, yakni Rostec (BUMN Rusia) dan United Shipbuilding Corporatoon. Hal itu karena hanya keduanya yang menerbitkan laporan keuangan.