Turki Klaim Lebih dari 30.000 Warga Suriah Balik Kampung Sejak Jatuhnya Rezim Assad
Menteri Dalam Negeri Turki, Ali Yerlikaya, menyampaikan bahwa angka ini mencakup 30.663 orang yang telah kembali, dengan sekitar 30 persen di antarany
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Turki melaporkan lebih dari 30.000 warga Suriah telah kembali ke kampung halaman mereka sejak jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024.
Menteri Dalam Negeri Turki, Ali Yerlikaya menyampaikan, angka ini mencakup 30.663 orang yang telah kembali, dengan sekitar 30 persen di antaranya lahir di Turki.
Dikutip dari Al Jazeera dan Al Mayadeen, Yerlikaya mengungkapkan angka tersebut dalam wawancara dengan saluran berita lokal TGRT pada Jumat (27/12/2024).
Pada kesempatan tersebut, ia juga menambahkan bahwa warga Suriah yang kembali dapat keluar-masuk Turki hingga tiga kali pada paruh pertama tahun 2025.
Sementara itu, dalam negeri, pada Jumat (27/12/2024), warga Suriah di Turki berunjuk rasa untuk memperingati para korban rezim al-Assad dan perang saudara yang telah berlangsung selama 13 tahun.
Sejak perang dimulai pada 2011, jutaan orang meninggalkan Suriah, tetapi dengan jatuhnya al-Assad, kini banyak yang berharap dapat kembali.
Turki telah membuka pintu bagi pengungsi yang kembali dengan membuka konsulat jenderalnya di Aleppo.
Kedutaan besar Turki di Damaskus juga dibuka kembali pada 14 Desember 2024.
Pembukaan kedutaan tersebut terjadi enam hari setelah al-Assad digulingkan oleh kelompok oposisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Pemerintah Turki juga akan membuka kantor manajemen migrasi di Aleppo, tempat sebagian besar pengungsi yang tinggal di Turki berasal.
Di samping itu, mereka juga akan memberikan izin kepada pengungsi Suriah untuk kembali ke Suriah dan meninggalkan Turki sebanyak tiga kali dalam waktu yang ditentukan.
Baca juga: Negaranya Diserang Israel, Gubernur Damaskus: Suriah Tak Punya Masalah dengan Israel, Tolak Musuhan
Dengan langkah ini, Turki berharap dapat memperbaiki kondisi kehidupan bagi pengungsi Suriah yang telah lama berada di Turki.
Selain itu, Turki juga berupaya memfasilitasi pemulihan wilayah yang kini telah jatuh ke tangan oposisi.
Hal ini terjadi setelah perang di Suriah yang berlangsung cukup lama.
Isu Perceraian Asma al-Assad dengan Bashar al-Assad
Belum lama ini, Asma al-Assad, istri mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad menjadi pusat perhatian setelah laporan media Turki menyebutkan bahwa ia sedang mengajukan gugatan perceraian terhadap suaminya.
Laporan serupa juga menyebutkan bahwa Asma ingin meninggalkan Rusia dan mencari kehidupan baru di Inggris, tempat ia dilahirkan.
Rusia dengan tegas membantah laporan ini.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menyatakan, klaim tersebut tidak memiliki dasar kenyataan, dikutip dari The Guardian dan BBC.
Ia juga menolak laporan yang menyebutkan bahwa Bashar al-Assad hidup di bawah pengawasan ketat dan memiliki aset yang dibekukan di Rusia.
Sementara pemerintah Inggris menegaskan bahwa Asma tidak diterima kembali.
Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy menyebut Asma sebagai individu yang dikenai sanksi internasional.
Meskipun masih memegang kewarganegaraan Inggris, kemungkinan pencabutan status ini juga telah dipertimbangkan.
Perdana Menteri, Keir Starmer mengatakan, tindakan serupa telah dilakukan terhadap individu yang bergabung dengan kelompok teroris, sehingga Asma pun berisiko menghadapi langkah serupa.
Situasi keluarga Assad di Moskow tetap menjadi topik hangat, terutama di tengah upaya Rusia menjaga hubungan dengan pemerintahan baru Suriah pasca-jatuhnya rezim Assad.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.