Moskow Peringatkan AS & Inggris, Mereka Persiapkan Serangan ISIS terhadap Pangkalan Udara di Suriah
Dinas Intelijen Luar Negeri Rusia (FIS) memperingatkan pada tanggal 28 Desember bahwa AS dan Inggris berencana menggunakan ISIS untuk menyerang
Editor: Muhammad Barir
Moskow Peringatkan AS & Inggris, Mereka Persiapkan Serangan ISIS terhadap Pangkalan Udara di Suriah
TRIBUNNEWS.COM- Dinas Intelijen Luar Negeri Rusia (FIS) memperingatkan pada tanggal 28 Desember bahwa AS dan Inggris berencana menggunakan ISIS untuk menyerang pangkalan militer Rusia di Suriah untuk semakin mengacaukan negara tersebut setelah jatuhnya pemerintahan Suriah.
Intelijen Rusia mengonfirmasi bahwa komandan lapangan ISIS telah memperoleh pesawat tak berawak serang untuk melakukan serangan ini.
Washington pernah mendukung ISIS di masa lalu dan masih menggunakan keberadaan kelompok tersebut sebagai dalih untuk menduduki wilayah timur laut Suriah.
FIS menekankan bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden yang akan segera lengser bertujuan untuk menimbulkan kekacauan di Asia Barat "untuk memastikan dominasi jangka panjang mereka di kawasan tersebut."
Namun hal ini "terhambat oleh kehadiran militer Rusia di pantai Mediterania Suriah, yang tetap menjadi faktor penting dalam stabilitas regional, sehingga mengharuskan ISIS ditugaskan untuk melaksanakan misi tersebut," kata FIS.
Rusia memiliki pangkalan udara di dekat kota pesisir Latakia dan pangkalan angkatan laut di dekat kota pesisir Tartus. Kehadiran pasukan Rusia di Suriah kini dipertanyakan setelah jatuhnya pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Bashar al-Assad, sekutu dekat Rusia, pada tanggal 8 Desember.
Damaskus kini diperintah oleh Ahmed al-Sharaa, mantan komandan Al-Qaeda dan pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) saat ini. Sharaa, yang sebelumnya bernama Abu Mohammad al-Jolani, telah lama menjadi aset AS, Israel, dan Turki.
Koresponden Al-Mayadeen di Rusia menyatakan bahwa Washington dan London ingin mengusir pasukan Rusia dari Suriah sambil terus menduduki wilayah-wilayah kaya minyak di timur laut negara itu. Sejak 2016, pasukan AS telah menduduki wilayah Suriah di sebelah timur Sungai Efrat dengan bermitra dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi, yang merupakan cabang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Washington mempertahankan pendudukannya atas Suriah dengan dalih memerangi ISIS, meskipun sebelumnya mendukung kelompok teror tersebut dalam penaklukannya atas sebagian besar wilayah Suriah timur dan Irak Barat pada tahun 2014, termasuk kota Mosul.
Washington kemudian bermitra dengan SDF untuk menduduki wilayah yang sebelumnya dikuasai ISIS di Suriah untuk mencegah kembalinya wilayah tersebut ke kedaulatan pemerintah Suriah.
SDF yang didukung AS menahan sejumlah besar militan ISIS di penjaranya di kota Hasakah di timur laut Suriah.
SDF membebaskan ribuan anggota ISIS musim panas ini sebagai bagian dari amnesti, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa AS mungkin kembali menggunakan kelompok tersebut untuk mencapai tujuan kebijakan luar negerinya di kawasan tersebut.
SDF saat ini tengah memerangi Tentara Nasional Suriah (SNA) yang pro-Turki di dekat kota Manbij dan Bendungan Tishreen di Suriah utara. Pimpinan SDF telah memperingatkan bahwa anggota ISIS dapat keluar dari penjara mereka jika SDF diserang terus-menerus oleh SNA dan militer Turki.
"Dengan meningkatnya ancaman yang dihadapi kota Manbij, kami memindahkan tahanan ISIS dari penjara di sana ke fasilitas penahanan lain yang lebih aman," kata pemimpin SDF Jenderal Mazloum Abdi kepada CNN pada hari Rabu.
"Saat faksi-faksi yang didukung Turki bergerak maju ke pusat kota, sel-sel melancarkan serangan terhadap pusat-pusat penahanan yang menahan warga sipil dan teroris," imbuhnya.
"Saat ini, pusat-pusat penahanan di Raqqa dan Hasakah menghadapi ancaman serupa, yang membutuhkan peningkatan kerja sama dan langkah-langkah keamanan tambahan untuk melindungi tempat-tempat tersebut."
SUMBER: THE CRADLE
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.