Sejarah Munculnya Tahun Kabisat
Tahun kabisat berawal dari kegusaran Kaisar Julius Caesar, pemimpin Romawi, terhadap penanggalan yang tidak bisa menunjukkan musim dengan tepat.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tahun kabisat berawal dari kegusaran Kaisar Julius Caesar, pemimpin Romawi, terhadap penanggalan yang tidak bisa menunjukkan musim dengan tepat.
Bulan Desember misalnya, kadang musim dingin, kadang tidak. Kemudian, ia memerintahkan ahli perbintangan kerajaan bernama Sosigenes, untuk membuat penanggalan baru.
Sosigenes lalu mempresentasikan kalender baru berdasarkan waktu yang diperlukan Bumi untuk mengitari Matahari satu kali.
Perhitungan Sosigenes, Bumi butuh 365,25 hari untuk mengitari Matahari. Supaya mudah, digenapkan menjadi 365 hari. Kekurangannya akan digabung dalam satu hari, setiap empat tahun sekali.
Satu hari tersebut ditambahkan pada Bulan Februari untuk menggenapi 0,25 hari pembulatan tadi. Sebab, Februari memiliki jumlah hari paling sedikit, yaitu 29.
Setiap empat tahun, Februari memiliki 30 hari. Itulah Tahun Kabisat. Sistem kalender baru ini digunakan di semua wilayah Romawi mulai tahun 45 sebelum Masehi (SM).
Beberapa waktu kemudian, Julius Caesar digantikan oleh Kisar Agustus. Pada masa itu, kalender kembali diutak-atik. Ia mengganti Bulan Hexelius menjadi Bulan Agustus. Ia juga menambahkan satu hari pada Bulan Agustus, menjadi 31 hari.
Kaisar Agustus mengambil satu hari dari Bulan Februari. Maka, Februari memiliki 28 hari pada tahun biasa, dan 29 hari pada Tahun Kabisat.
Sekitar 1.500 tahun berlalu, ternyata kalender Masehi itu kembali membingungkan. Perayaan Paskah yang lazimnya terjadi di musim semi bergeser. Apa lagi yang salah?
Akhirnya, Paus XIII, pemimpin Umat Kristiani saat itu, memerintahkan ahli perbintangan Christopher Clavius untuk mencari jawabannya.
Christopher menemukan, bahwa lama satu tahun adalah 365,24219 hari, pembulatannya menjadi 365,24 hari. Perhitungan Sosigenes meleset 11 menit 14 detik setiap tahunnya. Akibatnya, setelah sekitar 1.500 tahun, kesalahannya menjadi 10 hari.
Christopher mengusulkan, Tahun Kabisat tetap terjadi empat tahun sekali, kecuali pada tahun yang berakhiran 00. Pada tahun itu, Tahun Kabisat hanya berlaku jika angka tahunnya habis dibagi 400, sehingga dalam 2.500 tahun hanya perlu penyesuaian satu hari.
Paus setuju dan meresmikan perhitungan baru itu pada 1582. Dengan penetapan seperti itu, orang yang lahir pada 29 Februari berulang tahun setiap empat tahun sekali. Walaupun demikian, usianya tetap saja bertambah tua! (*)