Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penjelasan Ilmiah Kenapa Abu Vulkanik Musuh bagi Pesawat

Jadwal penerbangan dari dan ke Surabaya pada H-1 Idul Fitri 2015 (Kamis, 16/7/2015) kacau balau

Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Penjelasan Ilmiah Kenapa Abu Vulkanik Musuh bagi Pesawat
Kompas.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Jadwal penerbangan dari dan ke Surabaya pada H-1 Idul Fitri 2015 (Kamis, 16/7/2015) kacau balau akibat dihentikannya operasi bandara Juanda.

Penutupan bandara tersebut dilakukan karena debu letusan gunung Raung bertiup ke arah barat, ke wilayah udara Surabaya, sebagaimana disiarkan oleh Volcanic Ash Advisory Center (VAAC) Darwin, Asutralia pada Kamis (16/7/2015) malam lalu. Mengapa operasi bandara sampai ditutup? Seberapa bahayakah debu letusan gunung berapi bagi pesawat terbang?

Menurut penelitian yang dilakukan oleh NASA, debu gunung berapi bisa merusak fungsi baling-baling pada pesawat turboprop atau mesin jet dalam pesawat turbofan, komponen vital dalam penerbangan.

Hal itu telah terbukti dari insiden yang pernah dialami oleh pesawat Boeing 747-200 milik maskapai British Airways. Pesawat dengan callsign Speedbird 9 (nomor penerbangan BA09) itu pada 24 Juni 1982 melakukan penerbangan rute Kuala Lumpur - Perth.

Di tengah perjalanan, saat melintasi Pulau Jawa, Indonesia, Speedbird 9 terperangkap di tengah abu letusan gunung Galunggung.

Empat mesin B747 tersebut mati karena menyedot debu silika gunung Galunggung. Pilot kemudian memutuskan untuk menurunkan ketinggian jelajah dari 36.000 kaki ke 12.000 kaki. Beruntung, pilot akhirnya berhasil kembali menyalakan mesin pesawat setelah terbang di ketinggian yang lebih rendah, dan terbebas dari kepungan abu vulkanik.

Jika tidak segera menurunkan ketinggian dan terbebas dari kepungan abu vulkanik, bisa jadi malapetaka yang lebih besar tidak terhindarkan saat itu, seperti pesawat yang bakal mengalami disintegrasi dan sebagainya.

Berita Rekomendasi

Speedbird 9 kemudian mengalihkan pendaratannya di bandara terdekat, yaitu Halim Perdanakusuma, Jakarta. Debu silika yang ukurannya sangat kecil, diameternya antara 6 mikron hingga 2 mm, bisa terbawa angin dengan mudah, dan karena terlontar dari kawah gunung berapi, maka debu bisa membubung tinggi hingga ketinggian jelajah pesawat.

Karena saking kecil dan ringannya, debu gunung berapi sulit untuk dihilangkan, dan membutuhkan waktu yang lama untuk hilang sepenuhnya jika tidak segera diambil tindakan.

Jika hal ini terjadi dan dibiarkan, maka dalam jangka waktu lama debu yang menempel dalam badan atau komponen pesawat bisa menyebabkan retakan-retakan halus di bodi pesawat.

Retakan di badan pesawat, sekecil apa pun tentu sangat membahayakan, sebab badan pesawat didesain agar bisa "mengembang" dan "mengempis" saat di udara dan di darat, menyesuaikan tekanan udara.

Debu silika gunung berapi dikutip dari The Guardian, Jumat (17/7/2015), memiliki titik leleh pada suhu 1.100 derajat celcius, dan lelehan itu bisa menempel dan melumerkan komponen bilah-bilah turbin di dalam mesin jet, atau nozzle, yang dalam pesawat jet modern suhunya bisa mencapai 1.400 derajat celcius.

Hal itu sesuai dengan kesaksian salah satu penumpang British Airways nomor penerbangan 9 yang mengatakan bahwa mesin B747 yang ditumpanginya terlihat menyala terang.

Bila komponen mesin terbakar dan meleleh, pesawat tidak lagi memiliki daya dorong yang seharusnya dibutuhkan untuk terbang.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas