Mengapa Kacamata Hitam Biasa Tak Bisa Dipakai Melihat Gerhana Matahari, Berikut Penjelasannya?
Yudha menuturkan kacamata khusus gerhana berbeda dengan kacamata hitam polarized.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamatan Gerhana Matahari harus dilakukan dengan hati-hati agar tak merusak mata.
Pengamatan tanpa alat bantu hanya bisa dilakukan saat fase totalitas.
Saat fase gerhana sebagian atau di wilayah yang hanya mengalami gerhana matahari sebagian, pengamatan harus dilakukan dengan alat bantu yang berperan melindungi mata.
Alat pengamatan yang direkomendasikan adalah kacamata gerhana.
Kacamata itu memiliki film yang mampu menyaring sinar matahari yang masuk. Lalu mengapa tak memakai kacamata hitam (sunglasses) saja?
Bukankah warnanya juga hitam?
Terkait itu, Tribunnews.com memberikan penjelasan dari dua pakar terkait :
1. Dian Yudha Risdianto, Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) Watukosek, Kabupaten Pasuruan
Dijelaskan pancaran sinar matahari langsung bisa mengakibatkan kerusakan retina. Bahkan untuk kasus tertentu, bisa mengalami kebutaan.
Seperti di wilayah Jatim, gerhananya hanya 83,08 persen, maka wajib menggunakan kacamata khusus gerhana atau peralatan proyeksi. Ini diperlukan agar bisa menyaksikan fenomena ini dengan aman.
Alat pengamatan yang direkomendasikan adalah kacamata gerhana. Kacamata itu memiliki film yang mampu menyaring sinar matahari yang masuk. Beberapa mungkin bertanya, mengapa tak memakai kacamata hitam (sunglasses) saja? Bukankah sama-sama hitam?
Yudha menuturkan kacamata khusus gerhana berbeda dengan kacamata hitam polarized.
Kacamata polarized tidak bisa digunakan untuk melihat gerhana karena spesifikasinya bukan untuk itu.
Untuk kasus gerhana matahari, kacamata hitam biasa dikategorikan sebagai kacamata 3D. Jadi tak bisa dipakai untuk mengamati gerhana.
Kendati demikian, bukan berarti warga tak bisa menikmati fenomena ini. Masyarakat bisa melihat Gerhana Matahari melalui layar LCD pada kamera, baik kamera video, DSLR, maupun kamera handphone.
Hanya saja, saat mengarahkan lensa ke matahari jangan sampai menatap langsung ke langit melainkan melihat dari layar LCD.
Melihat dari view finder kamera pun itu sama artinya dengan menatap langsung. Hindari penggunaannya dengan metode itu dan pakai mode LCD.
Jika ingin merekam adegan proses pembentukan cincin gerhana, sangat disarankan untuk tidak berlama-lama.
Pancaran sinar matahari kemungkinan bisa merusak kamera karena kepanasan.
Akan lebih baik jika lensa kamera dilapisi film kacamata gerhana.
Cara yang lebih murah adalah dengan menggunakan pantulan air. Cukup sediakan bak yang diisi air hingga penuh dan ditaruh di tempat terbuka.
Untuk melihat gerhananya, masyarakat melihat dari pantulan yang ada di air tersebut.
Tapi tidak bolah secara vertikal sudut (antara orang, media bak air, dan matahari, sejajar lurus), melainkan posisi orangnya ada di pinggir bak berisi air tadi.
2. Mutoha, Astronom amatir dan pembina Jogja Astro Club
Kacamata hitam memang mampu menyaring cahaya matahari.
Tapi, jumlah cahaya matahari yang tersaring tidak cukup besar. Karenanya masih berbahaya bagi mata.
Agar aman, jumlah cahaya matahari yang diterima harus sepersepuluh ribu dari cahaya yang masuk ke bumi.
Kacamata hitam hanya bisa menyaring maksimal seperseribunya. Jadi, belum cukup aman untuk mata.
Kacamata gerhana dengan filternya merupakan salah satu alat yang memenuhi syarat. Filter pada kacamata tersebut memenuhi syarat.
Spesifikasi filter itu disebut ND 5, artinya mampu menyaring hingga sepersepuluh ribu cahaya matahari.
Filter lain yang mampu menyaring hingga sejumlah itu adalah filter yang biasa digunakan untuk las dengan kode 14 dan filter black polymer.
Selain tidak menggunakan kacamata hitam, pengamatan juga tak bisa dengan kaca film. Sebabnya, dengan menggunakan kaca film, cahaya matahari yang diterima mata masih 10 persen, cukup besar dan bisa merusak mata.