Wow, Ilmuwan Islam Sudah Gagas Teori Evolusi Sebelum Charles Darwin
Charles Darwin yang terkenal lewat karyanya The Origin of Species bukan orang pertama yang menggagas evolusi.
Kitab Al Hayawan
Karya Al Jahiz yang paling berpengaruh adalah Kitab Al Hayawan (Kitab Hewan-hewan). Kitab itu ibarat sebuah ensiklopedia, memuat sekitar 350 spesies hewan yang terbagi dalam tujuh volume, serta dilengkapi dengan gambar-gambar dan penjelasan yang detail.
Kitab ini merupakan buku pertama yang mengungkap berbagai aspek biologi dan zoologi hewan, seperti klasifikasi binatang, rantai makanan, seleksi alam, dan evolusi.
Al Jahiz setidaknya sudah menulis dengan jelas bagaimana hewan yang lebih besar bisa menakuti hewan yang lebih kecil ukurannya.
"Hyena bisa menakuti rubah atau binatang yang lebih kecil ukurannya. Semua hewan kecil akan memakan hewan yang lebih kecil darinya dan hewan yang lebih besar tidak bisa memakan yang lebih besar. Ini adalah hukum eksistensi," tulisnya dalam kitab tersebut.
Karya itu bahkan mendeskripsikan mimikri, cara komunikasi, serta tingkat kecerdasan serangga, dan hewan lainnya.
Al Jahiz menjelaskan dengan detail perilaku semut dalam bekerja sama, bagaimana mereka menyimpan gandum di sarang dan menjaga agar tak busuk saat hujan.
Al Hayawan memuat tiga hal penting dalam evolusi yang juga dituliskan oleh Charles Darwin dalam Thye Origin of Species.
Menurut Al Jahiz, hewan-hewan berjuang untuk tetap bertahan hidup, bertransformasi menjadi spesies, dan mengatasi faktor-faktor lingkungan.
Al Jahiz percaya bahwa satu spesies bisa mengalami transformasi secara jangka panjang sehingga memunculkan spesies baru.
"Orang berkata beragam tentang eksistensi hewan berkaki empat. Beberapa menerima perubahan dan melahirkan eksistensi anjing, serigala, rubah, dan kerabatnya. Keluarga itu berasal dari orang makhluk yang sama," demikian ditulisnya.
Kitab Al-Hayawan yang berpengaruh menjadi acuan bagi para pakar hewan dan pemikir evolusi di Eropa. Miguel Asín Palacios, seorang ilmuwan dan pendeta Katolik, mengatakan, karya Al Jahiz sangat berarti bagi perkembangan sains, terutama zoologi.
Menjelang akhir hidupnya, Al Jahiz menderita kelumpuhan total pada satu sisi tubuhnya (hemiplegia). Ia memutuskan pensiun dan kembali ke tempat kelahirannya, Basra.
Pada bulan Desember 868 saat usianya 93 tahun, ia meninggal dunia. Diduga, ia meninggal dunia karena cedera akibat tertindih rak bukunya.
Al Jahiz memberi gambaran tentang kejayaan peradaban Islam pada abad ke-9 sampai abad ke-11. Saat itu, Baghdad dan sekitarnya menjadi jantung dunia.
Masyarakat Muslim dikenal punya semangat belajar tinggi dan terbuka. Selain Al Jahiz, ilmuwan lain macam Ibn Sina juga berkontribusi besar. (Gulf News, Muslim Heritage, Aramcoworls, Ankara University/Monika Novena/Kompas.com)