Kecerdasan Spiritual untuk Berkomunikasi di Zaman Katro
Universitas Multimedia Nusantara (UMN) menggelar kuliah umum sekaligus peluncuran buku, karya Antonius Porat, berjudul Vertikalitas Otak dan Peringkat
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, PAGEDANGAN - Universitas Multimedia Nusantara (UMN) menggelar kuliah umum sekaligus peluncuran buku, karya Antonius Porat, berjudul Vertikalitas Otak dan Peringkat Manusia, Jumat (5/10/2018).
Acara yang berlangsung di Funcional Hall, gedung A UMN, Jalan Scientia Boulevard, Curug Sangereng, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, dihadiri oleh seorang Profesor Ilmu Komunikasi, Deddy Mulyana, penulis buku, Antonius Porat dan aktivis Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKAUB), Romo Benny Susetyo.
Baca: Sandi Sute Masih Bisa Main Satu Laga Lagi Sebelum Menjalani Hukuman PSSI
Antonius memaparkan, dalam komunikasi, sesungguhnya yang berinteraksi adalah jiwa, sehingga manusia harus memelihara jiwanya dengan cara mendekatkan diri dengan Tuhan.
Ketika komunikasi terjalin dengan baik karena Tuhan, manusia tidak hanya sekedar menjadi organisme yang hanya makan dan minum untuk hidup, melainkan bisa menjadi berguna untuk sesama.
"Di tempat ini kita bisa menjadi warga dunia dan warga surgawi sekaligus," ujar Antonius.
Sedangkan, Deddy menyoroti, komunikasi yang harus terkait dengan kecerdasan emosional, spiritual dan iman. Hal itu karena saat ini penggunaan media sosial dan aplikasi komunikasi lainnya, minim konteks, tak seperti berbicara langsung.
Baca: Irwan Pelaku Begal Sadis di Palembang Ditembak Mati
"Terkadang pesannya justru ada pada konteks, ada pada intonasi dan lain-lain. Gara-gara pesan seperti ini banyak orang yg bercerai, dqlqm apapun," ujarnya.
Deddy juga merangkum pemahaman tentang buku karya Antonius itu, bahwa pada akhirnya, kecerdasan itu berfungsi untuk mengenal diri sendiri.
"Buku ini menyadarkan saya secara pribadi, tentang betapa penting menyadari konsep tentang diri kita sendiri," ujarnya.
Sebagai penutup, Romo Benny ambil bagian. Ia membicarakan tentang spiritual yang hanya dipahami sebagai ritual, sehingga tidak tercermin sebagai perilaku. Hal itu juga membuatnya menyebut zaman ini sebagai zaman katro, ketika komunikasi hanya satu arah.
"Jaman katro itu komunikasi yg searah. Kalau komunikasi searah dia tidak menerima memaafkan. Manusia katro itu menutup dirinya," ujarnya.
Romo Benny lanjut mengatakan bahwa kecerdasan spiritual harus membuat manusia minimal bisa memaafkan dirinya sendiri, dengan mendekatkan diri pada Tuhan, untuk selanjutnya bisa berkomunikasi dengan orang lain.
"Buku ini memang sulit, karena buku ini secara komprehensif ingin membedah otak kita sampai menemukan wajah tuhan," ujarnya.